Wednesday, April 26, 2006

KENAPA BELUM MENIKAH

Rabu, 27 Robiul Awal 1427 H/26 April 2006

Gejolak seorang pemuda dan pemudi ketika sudah memasuki usia yang dewasa adalah keinginan ingin segera memiliki teman sejati, dimana teman sejati ini menjadi teman curhat yang setia sampai akhir hayat. Perasaan ini tidak bisa dianggap remeh atau kita sepelekan begitu saja. Suara hati ini terkadang sering mengganggu kita dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari – hari. Apatah lagi bagi seseorang yang memang dalam aktivitasnya selalu bersinggungan dengan lawan jenis. Mungkin bagi orang yang hobi berpacaran tidak menjadi sebuah persoalan karena bisa menumpahkan isi hatinya kepada seseorang yang kita taksir, namun bagi orang yang teguh memegang sebuah prinsip bahwa kita tidak diperkenankan untuk berkhalwat dengan lawan jenis sebelum orang itu berubah statusnya menjadi halal melalui pintu yang disebut menikah, maka akan menjadi pergolakan batin. Satu sisi menaruh hati pada seseorang namun disisi lain ada batasan dan peringatan Allah SWT dalam firmannya “ Janganlah kalian mendekati zina “ atau firman yang lainnya “tundukanlah pandangan dan peliharalah kemaluan kita serta berserah dirilah kepada Allah SWT, sesungguhnya Dia maha mengetahui dan maha pengampun.

Gejolak jiwa bagi seseorang yang masih sendiri akan semakin bergemuruh manakala teman sejawat atau teman sepermainan atau mungkin adik kita yang sudah mendahului kita. Beragam memang alasan seseorang kenapa dalam usia yang sudah dianggap cukup namun belum “berani” menikah, ada yang beralasan soal rezeki ada juga yang beralasan soal belum siapnya mental. Walaupun memang kedewasaan itu sendiri tidak dapat diukur hanya dengan bertambahnya usia, seperti kalimat dalam sebuah iklan “tua itu pasti,dewasa itu pilihan”.

Berbagai macam pagar betispun dibuat untuk menghindari pelampiasan gejolak jiwa tersebut, baik melalui aktualisasi diri, menambah ilmu dengan seringnya menghadiri seminar ataupun dialog soal pernikahan bahkan sampai seminar tentang membina rumah tangga. Rasulullah sendiri menganjurkan bagi seseorang yang memang sudah siap lahir dan batin wajib untuk menyegarakan pernikahan dan memberikan nasehat apabila belum mampu maka berpuasalah. Banyak kisah memang yang menceritakan tentang perjalanan seseorang sampai kepada jenjang pernikahan,ada yang membuat terharu sampai ada yang juga lucu. Seperti kisah ini mungkin deretan kisah – kisah soal pernikahan dari sekian cerita.

Fikri adalah seorang mahasiswa univeristas Lampung yang mengisahkan kepada saya tentang proses pernikahannya dengan seorang muslimah. Ketika beliau pulang dari Lampung dan ketemu dengan seseorang, lantas ditawari untuk menikah, seketika itu juga dengan spontanitas beliau langsung mengiyakan, ketika itu Fikri belum yakin betul karena memang "tembakan" itu begitu mendadak dan tidak ada niatan untuk meminang seseorang. Lalu dicarikanlah seorang muslimah dan menurut cerita, baru menemukan si muslimah tadi ba’da subuh setelah seharian penuh mondar – mandir mencari – cari. Singkat cerita khitbahpun jadi dan haripun sudah ada kepastian. Ketika waktunya tiba, yaitu bahwa sesuai rencana akad akan dimulai pukul 10.00 bertempat di rumah calon istri, namun Fikri bingung ketika melihat pakaiannya terutama celananya ternyata jeans semua, dan dia berfikir ngga mungkin aku melangsungkan akad dengan mengenakan jeans, seketika itu juga dia langsung pergi ke pusat perbelanjaan di Royal karena jaraknya dekat, anda tahu waktu itu adalah hari pas akadnya sekiar pukul 08.00 dia sudah menunggu di depan Borobudur padahal Borobudur buka sekitar pukul 09.00 WIB. Dengan hati was – was beliau dengan sabar menunggu Borobudur dibuka, sampai ketika petugas baru membuka pintu dia langsung lari masuk ke dalam dan langsung ambil celana serta baju kemeja.

Sementara itu rombongan keluarga Fikri sudah berangkat lebih awal, sampai pukul 11.30 fikripun belum muncul di tengah – tengah keramian akad nikah, baru sekitar pukul 12.00 dia muncul, sontak saja orang – orang pada beristighfar. Mungkin itu hanya sekelumit cerita dari banyak cerita soal pernikahan dan masih banyak kisah – kisah seputar pernikahan. Saya tidak akan menerangkan makna dibalik cerita tersebut, silahkan anda cerna sendiri. Kita kembali lagi kepada focus pembicaraan kita kali ini, yaitu menikah kok bingung

Setidaknya ada beberapa alasan kenapa seseorang menunda masa lajangnya, pertama karena alasan pekerjaan, umumnya ini menjadi senjata pamungkas bagi kaum laki – laki, argumentasinya adalah bahwa seorang laki – laki haruslah memenuhi kewajibannya salah satunya adalah soal penghidupan materi, dan siapa sih perempuan yang mau menikah dengan seorang laki – laki yang belum jelas penghasilannya…? demikian ungkapan dalam setiap gurauan yang sering kita dengar, Kedua, belum siap lahir atau batin, alasan ini umumnya didominasi oleh kaum hawa, karena mungkin bayangan yang ada dibenaknya bahwa menjadi ibu itu tidaklah muda walaupun sebetulnya tahu juga walaupun sulit tapi bukan berarti tidak bisa. Masalah ketiga biasanya pada orang tua, dimana orang tua menginginkan agar anaknya lulus terlebih dahulu atau yang sudah lulus menginginkan agar anaknya bekerja terlebih dahulu.

Pada akhirnya hanya keberanian dan kemauan serta pemahaman yang utuh tentang makna menikah itu sendiri yang mampu melewati rintangan dan mitos tersebut. Namun timbul pertanyaan lagi, lalu bagaimana caranya menumbuhkan ketiga hal tadi. Apabila kita ingin mendapatkan jawaban secara teoritis maka kita bisa dapatkan lewat buku dan saat ini banyak sekali buku – buku yang membahas soal pernikahan mulai dari pernikahan dini karangan Fauzul Adhim sampai buku yang berjudul izinkan aku meminangmu karangan Cahyadi Takariawan, disana akan kita temukan soal niat sampai pada acara resepsi pernikahan. Selain itu pula kita bisa dapatkan melalui seringnya mengikuti acara seminar ataupun artikel – artikel soal pernikahan. Akan tetapi jika jawaban yang kita inginkan lebih kepada praktisi maka bisa kita tanyakan kepada orang yang berkompeten, siapa dia..? mereka adalah orang –orang yang sudah lebih awal berumah tangga.

Berbicara soal pernikahan memang tidak cukup sampai disini, namun setidaknya menambah wahana dan wacana soal pernikahan walaupun saya yakin dengan seyakin – yakinya anda mesti lebih tahu soal tersebut. Insya Allah dilain kesempatan dan waktu kita akan kembali mendiskusikan soal pernikahan lebih dalam lagi.