Friday, April 28, 2006

Yang Lalu tuk Masa Depan

Jarum jam menunjukan pukul 24.00 WIB kurang 3 menit dini hari, seperti biasa aku masih ditemani setiaku ... temen yang tidak pernah protes, teman yang tidak pernah bosan dengan keluhanku, teman yang selama ini menjadi tempat curhatku. Buku dan Komputer,itulah 2 teman setiaku selama aku sedang berfikir dan memaknai arti sebuah kehidupan. mereka yang selama ini memberikan aku pemahaman, pengertian dan selalu tulus dalam memberikan sesuatu kepada saya, dia tak pernah meminta imbalan apapun terhadap saya, tidak seperti halnya benda hidup seperti manusia, yang terkadang cepat bosan dan tak “ikhlas” serta tak sungguh – sungguh dalam menemani kehidupan saya kecuali seseorang itu adalah istri (he…he, makanya buruan). Bicara istri terkadang ingin rasanya cepat memiliki istri tapi kadang – kadang juga hati ini ragu, apakah kelak istriku nanti mengerti betul tentang keinginan saya dalam menjalankan hidup ini, entahlah..? hanya Allah yang Maha Tahu.

Besok pagi – pagi aku harus sudah siap – siap, jam 8 aku ditunggu di depan tol Serang Timur menemani rombongan yang mau ke Baduy. Setelah itu aku harus menemui temenku yang juga membutuhkan bantuanku untuk mengecat tokonya. Sambil mendengarkan untain syair nasyid Brother, karena ada beberapa lagu yang memang aku suka banget, diantaranya nasyid yang menceritakan tentang masa muda. Seperti biasa setiap malam aku selalu merenungi tentang perjalanan hidupku, sejak aku sekolah di SMP sampai aku tinggal di Serang. Kenapa aku sering merenungi perjalanan hidupku..? dari proses perenungan ini aku mendapatkan spirit baru, bahwa perjalanan aku masih jauh..... jauh sekali.!. Sekali – kali aku mengingat memori waktu masih sekolah di SMP, ketika itu aku baru masuk sekolah dan ikut penataran P4, waktu itu aku dikelompokan dikelas 1E, konon kelas itu kelas kumpulan orang – orang yang pinter dan punya nilai NEM SD yang lumayan tinggi. Prasangka ini cukup beralasan memang, terbukti rengking 1 Se SMP direbut oleh temenku. Oelistina namanya, seorang gadis yang aku punya kenangan dengan beliau. Ceritanya begini, ketika Penataran P4 aku duduk di belakangnya dia, saat awal masuk dia ngajak kenalan, kenalanlah kita. Saat jam pulang selesai pulanglah saya, saat itu pulang sekolah aku langsung tidur, pada pukul 3 sore aku dibangunkan oleh ibu, Mas.. bangun ada temennya tuh ..! seru ibu, Siapa bu, laki atau perempuan.? tanyaku. Perempuan temen SMP.. jawab Ibuku. Seketika itupula aku terperanjat. temen yang mana yah... aku betul – betul tidak menyangka kalau yang kerumah adalah Oelistina, coba bayangkan jarak dari rumah dia ke rumahku 7 KM, dan dia pakai sepeda lagi. Saat itu aku bingung, malu dan ngga pede, akhirnya aku minta tolong ke Ibu, tolong sampaikan aku ngga ada gitu....? dan aku langsung pergi Ibuku bingung.. ini gimana ada yang main kok malah pergi.

Sejak saat itu aku jadi malu dan tidak ngobrol dengannya, entahlah, saat itu memang aku paling takut dan malu kalau harus menemani temen perempuan kecuali ramai – ramai. Aku ngga tahu yang dia sampai mau main ke rumahku, selain jauh juga belum kenal akrab.. atau mungkin biar lebih akrab kali.. entahlah..!. singkat cerita, kitapun pisah dari kelas 2 sampai kelas 3, sampai beliu melanjutkan studinya di STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) kuliah kedinasan di Jatinegara – Jakarta. Selain gratis juga dijamin lulus langsung kerja di dinas. Akupun kuliah di Serang – Banten, walaupun tadinya tida niat. Dua Tahun kuliah, aku teringat temenku itu, dengan rasa ingin menebus dosa saya ketika dia main ke rumahku kemudian aku tinggal pergi, aku memberanikan diri untuk silaturahim ke rumahnya. Tahun 2003 pas moment lebaran, mainlah aku ke rumahnya, tanpa dinyana, beliau masih kenal saya, dan menyambut baik, dan yang membuat aku senang dan bangga, beliau kini sudah mengenakan jilbab besar seperti halnya temen – temen aktivis dakwah. Karena aku juga aktif di gerakan dakwah, dalam batinku terbresit..”Ya Allah terima kasih Engkau telah memberikan kepada kami hidayah. Waktu itu kita ngobrol seputar aktivitas kuliah kita masing – masing, dia ceritakan aktivitasnya pengajian disalah satu gerakan di kampusnya, namun kemudian dia agak kurang sreg karena ada sesuatu, lalu kemudian beliau pindah ke gerakan Islam yang lain dan sampai sekarang. Bagi saya tidak menjadi masalah, yang penting kini dia sudah tampil beda dengan mengenakan jilbab panjang. Akupun sama menceritakan tentang aktivitasku di tanah rantau Banten, dan diapun tidak terlalu mempersoalkan aktivitas di Tarbiyah. Saat itu yang ada adalah rasa syukur karena kita berdua mendapat Hidayah dari Allah SWT, walaupun belum sempurna – sempurna banget. Singkat cerita, dia lulus langsung di pekerjakan di Jambi, maklum terikat dengan kedinasan, sebelum dia lulus, beliau sering sekali menasehati saya ” , kamu ini kok hidup dikejar – kejar waktu ” hati – hati loh (khas dengan logat jawanya) dengan kamu sendiri, jangan kaya lilin yang mampu menerangi tapi kamu sendiri meleleh ”. Sejak beliau kerja di Jambi, aku tak pernah kontak dengan beliau, mudah – mudahan Allah memberikan kesabaran terhadap beliau.

Wednesday, April 26, 2006

KENAPA BELUM MENIKAH

Rabu, 27 Robiul Awal 1427 H/26 April 2006

Gejolak seorang pemuda dan pemudi ketika sudah memasuki usia yang dewasa adalah keinginan ingin segera memiliki teman sejati, dimana teman sejati ini menjadi teman curhat yang setia sampai akhir hayat. Perasaan ini tidak bisa dianggap remeh atau kita sepelekan begitu saja. Suara hati ini terkadang sering mengganggu kita dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari – hari. Apatah lagi bagi seseorang yang memang dalam aktivitasnya selalu bersinggungan dengan lawan jenis. Mungkin bagi orang yang hobi berpacaran tidak menjadi sebuah persoalan karena bisa menumpahkan isi hatinya kepada seseorang yang kita taksir, namun bagi orang yang teguh memegang sebuah prinsip bahwa kita tidak diperkenankan untuk berkhalwat dengan lawan jenis sebelum orang itu berubah statusnya menjadi halal melalui pintu yang disebut menikah, maka akan menjadi pergolakan batin. Satu sisi menaruh hati pada seseorang namun disisi lain ada batasan dan peringatan Allah SWT dalam firmannya “ Janganlah kalian mendekati zina “ atau firman yang lainnya “tundukanlah pandangan dan peliharalah kemaluan kita serta berserah dirilah kepada Allah SWT, sesungguhnya Dia maha mengetahui dan maha pengampun.

Gejolak jiwa bagi seseorang yang masih sendiri akan semakin bergemuruh manakala teman sejawat atau teman sepermainan atau mungkin adik kita yang sudah mendahului kita. Beragam memang alasan seseorang kenapa dalam usia yang sudah dianggap cukup namun belum “berani” menikah, ada yang beralasan soal rezeki ada juga yang beralasan soal belum siapnya mental. Walaupun memang kedewasaan itu sendiri tidak dapat diukur hanya dengan bertambahnya usia, seperti kalimat dalam sebuah iklan “tua itu pasti,dewasa itu pilihan”.

Berbagai macam pagar betispun dibuat untuk menghindari pelampiasan gejolak jiwa tersebut, baik melalui aktualisasi diri, menambah ilmu dengan seringnya menghadiri seminar ataupun dialog soal pernikahan bahkan sampai seminar tentang membina rumah tangga. Rasulullah sendiri menganjurkan bagi seseorang yang memang sudah siap lahir dan batin wajib untuk menyegarakan pernikahan dan memberikan nasehat apabila belum mampu maka berpuasalah. Banyak kisah memang yang menceritakan tentang perjalanan seseorang sampai kepada jenjang pernikahan,ada yang membuat terharu sampai ada yang juga lucu. Seperti kisah ini mungkin deretan kisah – kisah soal pernikahan dari sekian cerita.

Fikri adalah seorang mahasiswa univeristas Lampung yang mengisahkan kepada saya tentang proses pernikahannya dengan seorang muslimah. Ketika beliau pulang dari Lampung dan ketemu dengan seseorang, lantas ditawari untuk menikah, seketika itu juga dengan spontanitas beliau langsung mengiyakan, ketika itu Fikri belum yakin betul karena memang "tembakan" itu begitu mendadak dan tidak ada niatan untuk meminang seseorang. Lalu dicarikanlah seorang muslimah dan menurut cerita, baru menemukan si muslimah tadi ba’da subuh setelah seharian penuh mondar – mandir mencari – cari. Singkat cerita khitbahpun jadi dan haripun sudah ada kepastian. Ketika waktunya tiba, yaitu bahwa sesuai rencana akad akan dimulai pukul 10.00 bertempat di rumah calon istri, namun Fikri bingung ketika melihat pakaiannya terutama celananya ternyata jeans semua, dan dia berfikir ngga mungkin aku melangsungkan akad dengan mengenakan jeans, seketika itu juga dia langsung pergi ke pusat perbelanjaan di Royal karena jaraknya dekat, anda tahu waktu itu adalah hari pas akadnya sekiar pukul 08.00 dia sudah menunggu di depan Borobudur padahal Borobudur buka sekitar pukul 09.00 WIB. Dengan hati was – was beliau dengan sabar menunggu Borobudur dibuka, sampai ketika petugas baru membuka pintu dia langsung lari masuk ke dalam dan langsung ambil celana serta baju kemeja.

Sementara itu rombongan keluarga Fikri sudah berangkat lebih awal, sampai pukul 11.30 fikripun belum muncul di tengah – tengah keramian akad nikah, baru sekitar pukul 12.00 dia muncul, sontak saja orang – orang pada beristighfar. Mungkin itu hanya sekelumit cerita dari banyak cerita soal pernikahan dan masih banyak kisah – kisah seputar pernikahan. Saya tidak akan menerangkan makna dibalik cerita tersebut, silahkan anda cerna sendiri. Kita kembali lagi kepada focus pembicaraan kita kali ini, yaitu menikah kok bingung

Setidaknya ada beberapa alasan kenapa seseorang menunda masa lajangnya, pertama karena alasan pekerjaan, umumnya ini menjadi senjata pamungkas bagi kaum laki – laki, argumentasinya adalah bahwa seorang laki – laki haruslah memenuhi kewajibannya salah satunya adalah soal penghidupan materi, dan siapa sih perempuan yang mau menikah dengan seorang laki – laki yang belum jelas penghasilannya…? demikian ungkapan dalam setiap gurauan yang sering kita dengar, Kedua, belum siap lahir atau batin, alasan ini umumnya didominasi oleh kaum hawa, karena mungkin bayangan yang ada dibenaknya bahwa menjadi ibu itu tidaklah muda walaupun sebetulnya tahu juga walaupun sulit tapi bukan berarti tidak bisa. Masalah ketiga biasanya pada orang tua, dimana orang tua menginginkan agar anaknya lulus terlebih dahulu atau yang sudah lulus menginginkan agar anaknya bekerja terlebih dahulu.

Pada akhirnya hanya keberanian dan kemauan serta pemahaman yang utuh tentang makna menikah itu sendiri yang mampu melewati rintangan dan mitos tersebut. Namun timbul pertanyaan lagi, lalu bagaimana caranya menumbuhkan ketiga hal tadi. Apabila kita ingin mendapatkan jawaban secara teoritis maka kita bisa dapatkan lewat buku dan saat ini banyak sekali buku – buku yang membahas soal pernikahan mulai dari pernikahan dini karangan Fauzul Adhim sampai buku yang berjudul izinkan aku meminangmu karangan Cahyadi Takariawan, disana akan kita temukan soal niat sampai pada acara resepsi pernikahan. Selain itu pula kita bisa dapatkan melalui seringnya mengikuti acara seminar ataupun artikel – artikel soal pernikahan. Akan tetapi jika jawaban yang kita inginkan lebih kepada praktisi maka bisa kita tanyakan kepada orang yang berkompeten, siapa dia..? mereka adalah orang –orang yang sudah lebih awal berumah tangga.

Berbicara soal pernikahan memang tidak cukup sampai disini, namun setidaknya menambah wahana dan wacana soal pernikahan walaupun saya yakin dengan seyakin – yakinya anda mesti lebih tahu soal tersebut. Insya Allah dilain kesempatan dan waktu kita akan kembali mendiskusikan soal pernikahan lebih dalam lagi.

Tuesday, April 25, 2006

LINTASAN FIKIRAN

Rabu, 26 April 2006

Jangan biarkan lintasan keputusasaan menylinap didalam relung hati kita apalagi sampai bersemayam didalam hati sanubari kita, sebab kalau lintasan tersebut sampai menyelinap bahkan kita biarakan bersemayan maka kita akan dibuat olehnya menjadi manusia yang kerdil. Proses kebiasaan seseorang semua bermula dari lewatnya sebuah lintasan yang masuk kemudian kita endap dalam otak kita lalu menjelma menjadi sebuah ide atau gagasan sampai kepada bentuk gerak fisik, kalau gerakan fisik tersebut kita lakukan terus berulang – ulang maka akan menjadi suatu kebiasaan dan kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter, demikian nasehat dari Ibnu Qoyim Al Jauziah dalam bukunya Taman – taman orang jatuh cinta.

Hidup kita tidak bisa lepas dari adanya lintasan – lintasan tersebut, entah lintasan itu buruk atau baik, dosa atau pahala. Persoalannya adalah bukan dilintasan itu akan tetapi user atau manusia itu sendiri, sampai sejauhmana mampu menstop lintasan buruk dan sejauhmana mengembangkan lintasan yang baik. Setiap manusia diberikan oleh Allah SWT dua potensi yaitu potensi kebaikan dan keburukan, tinggal kita sendiri mau mengembangkan potensi yang mana..?. Namun begitu, kita sebagai ummat yang beragama apatah lagi sebagai aktivis yang sejak awal ingin dan sudah berkomitmen untuk hidup dalam bingkai ridho Illahi sudah seyogyanya untuk bisa mengentikan lintasan buruh dan mengembangkan lintasan yang positif.

Setiap lintasan fikiran berawal dari pantulan apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita fikirkan. Ketiga hal itulah yang memunculkan lintasan dalam benak fikiran kita. Oleh karena hati – hatilah dengan penglihatan, pendengaran dan pemikiran kita. Jika kita selalu mengkonsumsi pandangan kita dengan kemaksiatan dan keburukan, maka otak kitapun akan bekerja untuk kemaksiatan dan keburukan tersebut. Jika kita suka mengkonsumsi pendengaran yang ‘bising” yang menjauhkan kita akan mengingat Allah maka otak kitapun akan bekerja untuk hal itu. Allah selalu mengingatkan kita untuk hati – hati dalam menggunakan penglihatan, pendengaran dan pemikiran kita.

Keruhnya aktivitas kita tidak dapat dilepaskan dari kekeruhan lintasan kita, maka dari itu janganlah lintasan buruk itu kita manja dan kita timang – timang, jika dalam otak kita muncul kelebatan lintasan fikiran yang negatif segeralah beristighfar dan mohon ampunan Allah serta buanglah jauh – jauh lintasan tersebut, tapi jika kita mendapatkan lintasan yang baik, maka janganlah lintasan tersebut berlalu begitu saja, endapkanlah dan olahlah menjadi sebuah ide atau gagasan yang nantinya diaplikasikan dalam bentuk aktivitas fisik, karena lintasan yang mampir di alam fikiran kita pada hakikatnya adalah karunia dari Allah Azza Wajalla. Dan sebagai wujud syukur kita maka harus kita kelola lintasan tersebut agar lebih bermanfaat untuk orang lain.

Teknik bagaimana mengelola lintasan fikiran yang baik adalah coba merenung sejenak lintasan tersebut, lalu coba belajar menulis lintasan fikiran tersebut kedalam catatan atau tulisan, kenapa demikian.? Kita harus ingat akan keterbatasan daya ingat kita, alangkah sayangnya ketika kita mendapatkan lintasan fikiran yang baik lalu hanya kita simpan dalam memoeri otak kita, hampir dipastikan kita akan lupa. Kelupaan tersebut lebih disebabkan karena saking banyaknya file atau dokumen yang tersimpan didalam memori otak kita. Disana ada dokumen keluarga kita, ada persoalan yang menyangkut pekerjaan kita, aktivitas kita atau bahkan persoalan dakwah yang ada di tengah – tengah kita, cukup banyak memang sehingga mencatat sebuah lintasan adalah sebuah keharusan bagi yang menginginkan lintasan fikiran tersebut lebih bermakna dan bermanfaat untuk orang lain.

Ketika kita merenungi dan mencatat lintasan fikiran yang lewat dalam otak kita, langkah selanjutnya adalah mencoba membuat sketsa atau outline lintasan yang sudah kita catat, sampai kemudian kepada persoalan teknis. Pekerjaan ini kelihatan mudah memang, tapi yakinlah bagi sesorang yang belum terbiasa itu akan menjadi sulit untuk dilakukan, sesuatu itu bisa karena terbiasa.Pengelolaan lintasan fikiran yang positif harus sering kita lakukan agar karunia Allah SWt teresebut tidak sia – sia. Coba kita ingat kembali beberapa waktu yang lalu, berapa lintasan fikiran yang baik berlalu begitu saja tanpa arti apa – apa, andaikan saja lintasan itu mampu kita kelola dengan baik Insya Allah akan lebih bermakna untuk orang lain.

Ayo lah mulai saat ini juga kita simpan lintasan fikiran yang baik kedalam sebuah catatan, kita juga harus mengasihani otak kita yang sudah penuh dengan memori persoalan hidup dunia yang begitu njelimet alias rumit. Insya Allah kita akan mampu melakukan itu selama dalam diri kita masih ada kemauan dan berusaha dengan sungguh – sungguh pasti ada jalan keluar.

Thursday, April 20, 2006

INGAT KETERBATASAN

Gedung yang didominasi warna putih dan memiliki bau yang khas itu memang selalu ramai dipenuhi. Namun aku sendiri agak kurang betah kalau harus lama – lama tinggal ditempat itu, tapi malam itu sekitar pukul 21.00 aku ingin mendatangi tempat tersebut satu tujuanku yang utama yaitu muhasabah. Selama ini aku sering bermuhasabah lewat nasehat lisan dan tulisan buku akan tetapi kurang begitu membekas, entah karena memang saking seringnya mendengarkan dan membaca sebuah taujih yang pada akhirnya membuat aku sendiri menjadikan hal itu sebagai rutinitas saja.

Kali ini aku tidak sendiri karena ditemani seseorang yang beliau cukup terbiasa dengan bau khas dan warna gedung tersebut.Walaupun dia agak terkantuk – kantuk tapi karena jiwa penolongnya lebih besar maka beliau coba tahan kantuk tersebut. Aku memang sudah lama hampir 1 tahun tidak mengunjungi tempat itu untuk bermuhasabah, semenjak aku menemani kakek temenku yang sakit kencing manis yang menghantarkan si kakek tersebut meninggal.

Sesampai di halaman rumah sakit aku mulai memasang hati dan batinku untuk memaknai dan coba bertafakur, harapanku adalah mengingatkan aku akan sebuah umur manusia yang ada batasnya. Aku lihat ada renovasi gedung salah satunya adalah apotik, kalau tidak salah dulu ruangannya agak sumpek, tapi aku lihat sekarang cukup longgar.

Aku dan temenku langsung keliling mengitari ruangan tiap ruangan. Mulai dari ruang gawat darurat, ruang ICU, ruang bedah sampai ruang khusus anak dan ibu hamil. Masya Allah, sepontan aku menyebut asma Allah ketika menengok ruang demi ruang, ada yang sedang dikipasin oleh penunggu karena memang ruangannya tidak berAC dan sumpeg. Begitulah ruang perawatan di dunia selalu membagi – baginya berdasarkan materi, dan kalau sudah urusan materi jelas orang miskin akan mendapatkan tempat yang memiliki ciri sumpeg.

Sesampai di ruang ibu hamil aku ngobrol – ngobrol dengan seorang perawat yang kebetulan lagi bertugas dan memang sekampus dengan temenku. Dia ceritakan bahwa tadi siang ada seorang wanita yang diperkosa dan polisi membawanya ke rumah sakit, lantas aku tanyakan “ teh kalau seperti itu siapa yang menanggung atau bertanggung jawab..?’. Teh Hamam menjawab “mungkin rumah sakit, masa iya sih cuma satu orang ngga bisa apalagi dia orang asli penduduk asli sini..Aku langsung manggut – manggut..”oohh”

Karena aku ingin tahu lebih banyak soal kejadian – kejadian di rumah sakit, aku pun terus menanyakan yang membuat aku penasaran. Diantaranya, pernah aku temukan perlakuan seorang perawat yang “galak” dan terkesan pilih – pilih pasien. Kalau dilihat pasien yang berasal dari keluarga yang mampu mereka akan memberikan perawatan yang hangat dan penuh senyum, tapi akan cemberut dan memasang muka miring kalau berhadapan dengan pasien yang miskin, beliau menjawab mas noto harus tahu perawat juga manusia seperti halnya manusia pada umumnya, maksudnya adalah yang namanya manusia ada yang berbuat demikian tapi tidak semua kok, insya Allah ada lah perawat yang betul – betul memperhatikan pasien secara adil. Wah.. wah pantas kalau bang Ismail dalam sebuah tulisannya di Buletin LAZ Harfa mengambil judul “Mestinya Orang miskin ngga boleh sakit”, mungkin salah satu alasannya adalah kasihan kalau orang miskin sakit, sudahlah miskin sakit lagi, masya allah.

Setelah sekitar 3 jam aku keliling ruang di rumah sakit umum Serang kitapun segera beranjak keluar, hampir semua ruang di rumah sakit sudah aku “longok” cuma satu ruang yang belum yaitu ruang mayat. Banyak sekali ibroh yang bisa aku ambil dari rihlah dan muhasabahku di rumah sakit. Disana aku merasa ditegaskan oleh Allah SWT bahwa yang namanya hidup itu pasti bergantian termasuk masa sehat dan masa sakit, oleh karena itu manfaatkan dengan sebaik – baiknya ketika kita dalam kondisi dan diberi nikmat oleh Allah SWT.

Disamping itupula aku mendapatkan pelajaran bahwa selama ini aku sering lupa akan nikmat yang Allah berikan, aku lupa kesehatan mata yang Allah berikan betapa begitu berharganya. Aku juga sering lupa akan nikmat Allah atas umurku yang sampai sekarang masih diberi waktu untuk terus berupaya memperbaiki kualitas ketaqwaan. Ya Allah terima kasih engkau telah mengingatkanku akan segala keterbatasan seorang manusia.

Terbatas segala – galanya, terbatas pandangannya, terbatas usianya, terbatas dan terbatas. Mudah –mudahan Engkau selalu membimbingku kejalan orang – orang yang selalu bersyukur dan berusaha untuk selalu introspeksi akan diri ini sebelum di akhirat nanti. Sekali lagi Terima kasih ya Allah, atas kasih dan sayangMu.

Wednesday, April 19, 2006

Tuesday, April 18, 2006

SIAPA DIRIKU...?

Minggu, 26 Maret 2006

Betul memang kata pepatah “temukan diri kalian niscaya kalian akan menjadi pemenang dalam kehidupan ini”. Filosofi di atas tidak berlebihan memang kalau kita kaitkan dengan kehidupan kita, temen kita, saudara kita ataupun orang disekitar kita, siapapun orang itu. Sederhana memang kalimat di atas tapi sulit untuk kita praktekan dalam keseharian kita, apatah lagi dari kecil kita tidak pernah diajarkan atau setidaknya diberikan informasi tentang bagaimana menemukan siapa diri kita. Kesulitan menemukan jatidiri bukan berarti tidak bisa kita lakukan, mudah sebetulnya kalau diri kita terus dilatih dan sungguh – sungguh tentunya dalam usaha meraih kesana, walaupun butuh waktu yang mungkin bisa jadi bertahun – tahun tergantung sejauh mana kita berlatih dalam upaya menggali diri kita yang sebenarnya. Ketika kita sudah berhasil menemukan siapa diri kita, maka satu kemenangan besar sudah kita raih, dan bersiap – siaplah untuk menjemput kemenangan besar berikutnya, kenapa aku katakan demikian, sebab ketika kita sudah berhasil menemukan siapa diri kita, maka secara otomatis kita akan tahu potensi positif yang harus kita optimalkan sehingga kita akan menjadi manusia yang produktif, selain itupula kita akan tahu potensi negatif yang harus kita pendam dalam – dalam sehingga tidak sampai menyebul ke permukaan bumi yang dampaknya akan merusak sistem kehidupan kita.

Pernah suatu ketika aku tanyakan pertanyaan seperti ini kepada temen diskusiku, ”kamu sudah kenal diri kamu..? hampir setiap orang yang aku tanyakan dengan pertanyaan yang sama mereka jawab, ”justru itu, aku juga bingung sama diriku sendiri..”. Aku jawab, nah kalau kamu sendiri bingung bagaimana dengan orang lain memahami kamu. Sebenarnya temenku itu bukan tidak ada usaha sih.. cuma ya itu tadi, ada kebingungan bagaimana cara menemukan siapa diri kita, apakah harus menyendiri, atau bersemedi atau apa..?. Jujur saja aku sendiri membutuhkan kurang lebih 5 tahun selama ada benak dalam batinku aku ini siapa yah..? sejak saat itu aku terus berusaha dengan upaya beragam, kadang ikut pelatihan, seminar, workshop, tapi yang lebih sering membaca para biografi orang – orang sukses dan belajar dari dunia nyata yang sering aku temukan di kehidupan ini. melelahkan memang proses itu, tapi kelelahan itu segera terobati manakala aku merenung dan lega karena aku telah bertempur dengan kesabaran dan akulah pemenangannya.

Sedikit demi sedikit aku mulai membenahi perjalananku selama ini, dimana keinginanku menjadi serba bisa, namun sekarang aku paham betul bahwa aku bukanlah Superman yang bisa terbang kesana kemari dalam waktu cepat, cukup bermodalkan kain dipungggung lalu dengan menghentakan kaki aku bisa melakukan lawatan kemana – mana. Penemuan diri ini juga masih relatif memiliki titik kerawanan manakala aku berdiskusi dengan seorang yang memiliki keistimewaan lebih dari satu, dan dia katakan bahwa aku ingin serba bisa, dan betul memang adanya beliau serba bisa, tapi segera aku yakinkan difakta bahwa ada ketidakoptimalan beliau ketika harus menyelesaikan suatu persoalan, terkadang karena saking banyaknya problem dan harus diselesaikan dalam waktu bersamaan, wah bisa cape sendiri. ga deh, aku ngga ingin cape seperti dulu lagi yang kadang tidak seimbang dengan keringat yang aku keluarkan. pokoknya ngga deh. cukup sampai disini aku kelelahan dalam menjalani kehidupan yang diakibatkan ketidaktahuan mengenal diriku sendiri.

KETIKA KEHILANGAN YANG DICINTAI

Sabtu, 1 April 2006

Setiap diri kita akan diuji dengan sesuatu yang kita cintai, demikianlah syair yang dilantunkan oleh ustadz muda Jefri Al-Buhori, memang betul adanya demikian. Soo coba kita lihat setiap perjalanan hidup kita, terkadang kita harus merelakan sesuatu yang kita cintai baik itu yang berbentuk materi maupun non materi. Pertanyaannya adalah apakah lantas kita harus bersedih..? menurutku yah harus, kenapa aku katakan harus, sebab ketika kita kehilangan sesuatu yang kita cintai kemudian kita biasa – biasa saja berarti ada ketidakjujuran dalam kecintaan kita kepada sesuatu itu. Menurutku persoalannya adalah bukan sedih atau tidak sedihnya kita akan tetapi bagaimana kita mampu ditengah – tengah kesedihan yang kita alami kita mampu tetap dalam kondisi penuh kepasrahan kepada yang Maha Memiliki, siapa dia..? Dia adalah Allah SWT.

Bagaimana mungkin ketika kita kehilangan sesuatu yang kita cintai kemudian kita tidak bersedih, memang tabiat manusia begitu kok. kita mungkin ingat kesedihan Rasulullah Saw ketika ditinggalkan istri tercintanya Hadijah dan juga ketika beliau ditinggal oleh anak yang dicintainya, beliau menangis dan sedih. Sekali lagi persoalnnya bukan sedih atau tidak sedih akan tetapi lebih kepada sejauhmana kita mampu mengambil ibroh dari peristiwa tersebut, munculnya kesadaran bahwa yang namanya hidup pasti akan mati, memaknai bahwa segala sesuatu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan jadi ketika yang nitip hendak mengambil ya kita harus ridho dan ikhlas untuk mengembalikan barang titipan tersebut. Disinilah nantinya kita bisa melihat diri kita sendiri sampai sejauhmana ketergantungan kita kepada Allah SWt sebagai Dzat yang maha memiliki. Apakah kita akan menjadi manusia yang tangguh dan sabar sehingga kecintaan Allah semakin dalam atau memang kita berubah menjadi manusia yang tidak tahan dan pura – pura tidak tahu bahwa hidup itu akan berakhir..? jawabanya tidak bisa disamaratakan tergantung kita masing – masing.

Kehilangan sampai kepada perpisahan itu adalah sirkulasi kehidupan yang memang bakalan terjadi, terserah kita mau rela atau tidak, kita mau ridho atau tidak yang jelas memang seperti itulah faktanya. Berat memang untuk merelakan sesuatu yang kita cintai lenyap didepan mata kita, akan tetapi mau bagaimana lagi memang sudah demikian aturannya. maka dari itu Allah selalu mengingatkan kita semua bahwa ketika kita sedang merasakan kebahagiaan dan kegembiraan ingatlah Allah, sehingga Allah akan ingat kita manakala kita dalam keadaan sebaliknya. Bisa ngga yah.. kita seperti itu..? jawabannya bisa jadi bisa atau juga tidak bisa, tergantung jenis manusianya.

Kalau manusia yang tidak mampu memaknai hakekat dari kehidupan dipastikan dia akan “meleleh” seperti lilin yang termakan api, tapi bagi orang yang memang sudah siap betul akan kondisi seperti itu, Insya Allah dia akan mampu melewati masa itu dengan penuh keridhoaan dan ketawadhu’an lalu diiringi dengan mengevaluasi diri, apa yang telah kita lakukan sehingga sampai terjadi demikian, apakah memang kita sering lalai ketika diberi nikmat, sering terbersit sombong sehingga tidak pernah memanjatkan do’a kepada yang maha memiliki, sehingga merasa bahwa kitalah yang membuat aturan kehidupan kita dan kita lah yang paling bisa menentukan arah hidup ini, lalu munculah diri merasa sudah tidak perlu membutuhkan pertolongan dari Allah SWT. Wallahu’alam,hanya diri kita dan Allah sajalah yang tahu tentang lintasan hati kita.

Saturday, April 15, 2006

GORESAN TINTA MALAM MINGGU

Lambaian daun pepohanan di sekitar komplek tempat aku tinggal menjadikan aku teringat akan firman Allah SWT. Bahwasanya alam raya yang ada dimuka bumi, mereka senantiasa bedzikir. Pagi itupun matahari sudah tidak malu – malu lagi untuk memperlihatkan sosoknya yang senantiasa memancarkan sinar kekuatan bagi kehidupan manusia. Bunga yang ada di halaman rumahpun terseyum menebarkan pesonanya seolah ingin turut serta dalam kegembiraan tersebut. Hari itu cuaca memang cerah, awanpun hanya berlari – larian kecil menyaksian kegembiraan alam di muka bumi.

Lambaian serta senyuman mereka telah menghibur siapapun yang sedang bersedih karena penatnya persoalan hidup yang dijalani didunia ini. Begitu juga aku yang sedang bersedih, ketika perihal ini bersemayam dalam batinku sering aku memunculkan pertanyaan – pertanyaan “kenapa semua ini bisa terjadi dan mengapa mesti aku yang harus dijadiin peraganya, bukankah masih banyak orang selain aku..?. Tapi pertanyaan itu terjawab oleh Allah Azza Wajalla yang tersirat dalam firmanNya “Janganlah kalian mengatakan bahwa kalian telah beriman, sementara kalian belum kami diuji”

Memang tidak mudah untuk menjadi sosok seorang hamba yang betul – betul memaknai akan arti yang sesungguhnya kenapa manusia diciptakan, betul memang sudah ada di Qur’an bahwa Allah tidak menciptakan Jin dan Manusia selain untuk beribadah kepadaNya, tapi aku yakin masih banyak manusia yang belum mampu memaknai firman tersebut. Aku sendiri tidak tahu, apakah memang seseorang tersebut tidak ingin menjadi hamba Allah yang sesungguhnya, maksudnya adalah seorang yang menyerahkan hidup dan matinya itu hanya kepada Allah SWT, atau memang seseorang tersebut memang belum mendapat hidayah dari Allah SWT.

Kalau aku sering menyaksikan peristiwa kehidupan yang menyangkut kesadaran seorang hamba kepada Tuhan, aku jadi teringat dengan petuah seorang ustad muda yaitu Anis Matta,Lc yang mengatakan terkadang memang butuh musibah besar untuk menyadarkan manusia. Agaknya kalimat itu cukup relefan kalau kita melihat fakta didrama kehidupan ini.

Peristiwa demi peristiwa, musibah demi musibah sudah Allah turunkan tapi tetap saja ada orang yang belum sadar akan makna dibalik musibah tersebut. Lalu apa arti dibalik semua itu terhadap kita..?. Tentu kita ingat sejarah nabi Nuh As. Yang tidak kuasa membawa anaknya untuk bersama – sama dengan ummat yang beriman, juga peristiwa yang terjadi pada nabi Ibrahim as yang juga tidak mampu membawa ayahnya untuk beralih dari agama patung kepada agama tauhid, yaitu Islam. Bahkan sering kita lihat juga di lingkungan kita ada yang orang tuanya kyai atau ustad akan tetapi anaknya justru berbuat yang dapat menurunkan wibawa orang tuanya.

Itulah kekuasaan Allah SWT yang kalau sudah berkehendak tidak ada satu kekuatanpun yang mampu menghalangi. Seandainya, seluruh jin baik dari bangsa jin itu sendiri maupun dari bangsa manusia berkumpul merencanakan bagaimana menggagalkan kehendak Allah SWT, niscaya tidak akan mampu. Peristiwa ini pernah terjadi ketika zaman rasulullah, yaitu ketika orang kafir bermaksud ingin menantang Allah bahwa mereka juga bisa membuat al qur’an yang sama persis, maka ketika itu Allah katakan “silahkan kalian kumpulkan para ahli atau sastrawan seluruh suku dari penjuru dunia untuk membuat al qur’an, niscaya kalian tidak akan pernah mampu, jangankan satu surat ….. satu ayat saja kalian tidak akan pernah bisa.

Proses perjalanan seorang hamba dalam menjalani kehidupan yang tidak pernah tahu persis kepastiannya seperti apa membutuhkan sebuah penghayatan yang mendalam akan arti kehidupan itu sendiri. Tapi anehnya, aku dan mungkin yang lainnya juga, terkadang lupa dan lalai bahwa hidup adalah ibadah dan ada kehidupan akhirat setelah dunia, sehingga seringnya kita hampar tanpa ruh dalam menjalani peran kehidupan yang sudah Allah tentukan.

Atau mungkin kita menjadi sombong, ketika kita berhasil meraih keinginan. Seolah – olah tidak ada campur tangan Tuhan dalam kehidupannya. Kita lalu mengucapkan alhamdulilla ketika kita mendapat nikmat dari Allah SWT, atau kita ingat tapi kita merasa “gengsi” untuk melafazkannya, atau kita ingat dan melafazkannya akan tetapi ucapannya melayang begitu saja seperti layang – layang putus. Kita juga suka mencicil bersyukur ketika mendapatkan nikmat tapi minta kontan ketika menginginkan sesuatu.

Insya Allahpun jarang kita ungkapkan ketika kita berjanji dengan sesame, mengesankan bahwa kitalah yang menentukan hasil padahal kita tahu persis bahwa kepastian hanya milik Allah dan Allahlah yang berhak menentukan semua itu. Atau sering kita ungkapkan namun sekali lagi hambar tidak memiliki ruh, jadi hanya sekedar menutupi rasa malu kita sebagai seorang muslim atau bahasa lain hanya menggugurkan kewajiban.

Kita ingat cerita rasulullah saw, ketika ada ummat menanyakan sesuatu perihal lalu beliau menjanjikan besok tanpa mengucapkan insya allah, sampai ditunggu keesokan harinya beliau tidak mendapatkan wahyu dari Allah, padahal asumsi beliau ketika itu adalah bahwa biasanya kalau setiap ada persoalan dari ummat Allah selalu menurunkan wahyu keesokan harinya. Sampai kemudian sekali ayat turun justru menegur beliau, Allah katakan “janganlah engkau Muhammad mengatakan sesuatu tanpa Insya Allah”. Allahu Akbar, demikianlah kebesaran Allah atas kuasa langit dan bumi. Minggu, 16 April 2006

Foto Bareng dengan Baduy Dalam

kalau yang ni foto waktu tahun baru 2006 di baduy dalam
"yang pegang tongkat pakai baju hitam itu teh Pa Arif (manajer optima tour & travel)

Orang Baduy Dalam


nah kalau yang ini orang baduy dalam, jadi masih orisinil

Friday, April 14, 2006

Dampak Korupsi terhadap Kemisikinan


Bicara korupsi dinegeri ini memang jenuh dan sangat membosankan, kerapkali kali kita sering mendengarkan bahkan mungkin juga menghadiri acara seminar anti korupsi, workshop anti korupsi, dialog tentang korupsi, seolah – olah korupsi hanya dari seminar ke seminar, dari dialog kedialog, dari diskusi ke diskusi, lalu kapan memberantasnya...? demikian ungkapan ketua komisi pemberantasan korupsi (KPK) M.Taufiqurahman dalam sebuah seminar tahun lalu di Serang. Statement itu muncul lebih dikarenakan mungkin beliau sudah ”bosan” bicara soal korupsi karena belum melihat secara utuh keseriusan dari semua elemen bangsa untuk bersama – sama membumikan budaya anti korupsi terutama pihak – pihak yang semestinya bertanggung jawab dan memiliki kewenangan, kalau kita perhatikan pada setiap kepentingan yang menyangkut kebijakan publik mesti selalu diramaikan bahwa didalamnya ada praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), mulai dari penerimaan pegawai negeri sipil (PNS), pemilihan kepala daerah, pemilihan rektor sampai kepada pembagian proyek – proyek pemerintah. Terlepas benar atau tidaknya rumor tersebut, yang jelas ada asap berarti ada sumber apinya mustahil asap ”ujug-ujug”muncul dengan sendirinya. Ketika hembusan isu tersebut muncul kepermukaan berarti ada sesuatu yang ”aneh” disana, mulailah muncul tanda tanya – tanda tanya, ada apa ini..?. Kajian tentang korupsi selama beberapa tahun terakhir ini telah menarik perhatian publik. Makna korupsi sendiri menurut Bank Dunia adalah suatu penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan pribadi. Definisi ini memberikan pemaknaan bahwa korupsi hanya terjadi pada jabatan publik, padahal kita ketahui bersama bahwa korupsi juga terjadi pada sektor swasta.

Semenjak bangsa ini mengalami suatu peristiwa dramatis yaitu reformasi dengan ditandai gulingnya orde baru yang sudah dianggap usang dan telah menjadikan bangsa ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, sejak saat itupula banyak sekali bermunculan organisasi –organisasi yang mengangkat tema tentang korupsi, dalam jurnal wacana disana disebutkan ada beberapa organ lahir yang menganggkat tema korupsi, seperti, Indonesian Corruption Watch, Masyarakat Transparansi Indonesia, Government Watch, Parliament Watch, Judiciary Watch, Police Watch, Military Watch dan lain sebagainya. Kita berharap kehadiran organ – organ tersebut tidak hanya sebatas mengikuti trend dan musiman atau ingin dianggap oleh publik sebagai komunitas yang bersih akan tetapi mereka dapat melakukan sesuatu yang memang dapat memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia . ekspansifnya gerakan anti korupsi kian hari kian melebar, satu sisi kita bahagia karena masih ada sekelompok yang beritikad baik untuk coba mengembalikan bangsa ini kepada zaman dimana masyarakat masih bias percaya bahwa bangsa ini kelak akan menemui setitik air penyejuk dengan hadirnya para anak bangsa yang peduli akan masa depan bangsa ini dan hidup sejahtera. Namun satu sisi juga muncul kehawatiran eksistensi lembaga anti korupsi hanya dagangan para intelektual yang melihat peluang secara finansial disegmen ini cukup menjajikan, karena memang lembaga anti korupsi dengan faoundingnya akan dapat kucuran dana yang cukup, mudah – mudahan ini tidak terjadi.

Dampak Korupsi terhadap Kemisikinan

Sejauhmana dampak korupsi terhadap kesejateraan masyarakat, alangkah baiknya kita coba mengamati potensi yang dimiliki bangsa Indonesia Indonesia, disana kita temukan sebuah keadaan yang tidak logic, potensi bangsa yang begitu melimpah dan ruah ini bagai sebuah daerah yang kering dan lading yang tandus. Kekayaan yang meliputi tanah dan air begitu melimpah akan tetapi tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih di bawah standar, lalu muncul pertanyaan, apakah rakyat Indonesia tidak cukup pintar untuk mengelola sumber daya yang ada…? Asumsi tersebut tidak mutlak benar walaupun mungkin ada benarnya juga, akan tetapi coba kita tengok fakta dilapangan ternyata penyebab yang paling utama adalah pengelola negeri ini lebih banyak orang yang korup ketimbang orang yang secara betul – betul bekerja untuk kemaslahatan bangsa Indonesia. Lalu apa hubungannya antara korupsi dengan kemisikinan, bukankah orang misikin tidak bisa melakukan korupsi karena memang tidak memiliki jabatan yang dia pakai untuk tameng korupsi..? Persoalannya bukan pada keterlibatan kaum misikin dengan para koruptor akan tetapi lebih kepada dampak yang akan diterima oleh kaum miskin akibat tingkah para koruptor tersebut. Menurut Mukhammad Ikhsan data yang ia dapatkan dari Rose – Ackerman tahun 1998 secara khusus menyebutkan ada beberapa dampak buruk yang akan diterima oleh kaum miskin akibat korupsi, diantaranya. Pertama, Membuat mereka (baca:kaum miskin) cenderung menerima pelayanan sosial lebih sedikit. Instansi akan lebih sumringah dan cekatan ketika melayani para pejabat dan konglemerat dengan harapan akan memiliki gengsi sendiri dan imbalam materi tentunya, peristiwa seperti ini masih sering kita temui ditengah – tengah masyarakat. Kedua, Investasi dalam prasarana cenderung mengabaikan proyek – proyek yang menolong kaum miskin, yang sering terjadi biasanya para penguasa akan membangun prasarana yang mercusuar namun minim manfaatnya untuk masyarakat, atau kalau toh ada biasanya momen menjelang kampanye dengan niat mendapatkan simpatik dan dukungan dari masyarakat. Ketiga, orang yang miskin dapat terkena pajak yang regresif, hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki wawasan dan pengetahuan tentang soal pajak sehingga gampang dikelabuhi oleh oknum. Keempat, kaum miskin akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil pertanian karena terhambat dengan tingginya biaya baik yang legal maupun yang tidak legal, sudah menjadi rahasia umum ketika seseorang harus berurusan dengan instansi pemerintah maka dia menyediakan “fulus” ,hal ini dilakukan agar proses dokumentasi tidak menjadi berbelit – belit bahkan ada sebuah pepatah “kalau bias dipersulit kenapa dipermudah”, sebagai contoh dalam studi LPEM tahun 1994 disana ditemukan bahwa walaupun pemerintah sudah menghapus semua biaya untuk memperoleh izin penanaman modal, para investor masih tetap harus membayar “upeti kepada orang tertentu, ini artinya budaya demikian sudah kian mengakar, inilah yang kemudian sebagian orang saking putus asanya mengatakan bahwa korupsi di negeri ini sudah jadi budaya jadi sulit untuk diberantas. Dampak korupsi terhadap kemiskinan sangatlah kentara sekali, beberapa waktu lalu pemerintah menurunkan program kompensasi BBM dengan pemberian tunjangan tunai langsung, kita tidak akan membicarakan jumlah dan teknisnya akan tetapi coba kita lihat berapa jumlah rakyat miskin ketika itu..? sangat banyak sekali bahkan cenderung malah bertambah, cukupkah dana pemerintah untuk memberikan uang tunai tersebut dengan jumlah kaum miskin.? Tidak saudara, terlepas dari banyak yang mengaku bahwa dirinya orang miskin atau bukan, tapi yang harus kita lihat disini adalah berpuluh – puluh tahun mereka bekerja sebagai petani, pedagang biasa akan tetapi kesejahteraan mereka stagnan, lau muncul pertanyaan bukankah itu masalah individu bukan masalah social, suatu persoalan dikatakan masalah individu manakala ini hanya menimpa perindividu, tapi kondisi ini menimpa berjuta – juta rakyat, apakah ini kesalahan mereka..? jelas, ini bukan semata – mata kesalahan mereka, kondisi ini mungkin akan mereka terima dengan ridho manakala semua berjalan dengan alamiah, akan tetapi yang membuat mereka tidak ridho adalah ketika mereka dengan keringat dan peluh bekerja siang dan malam demi menuai kesejahteraan supaya hidupnya lebih layak. Tapi yang terjadi adalah hati mereka perih, jiwa mereka berontak, nafas mereka terengap –engap lalu mereka marah ketika melihat para pejabat dan para birokrat mendadak menjadi kaya raya tanpa perlu melakukan seperti yang mereka lakukan.

Namun karena ketidakmampuan kaum miskin untuk menjangkau keganjilan tersebut, mereka akhirnya pasrah dan tetap bekerja, salahkah mereka ketika mereka berdiam diri melihat ketidakadilan tersebut ? dalam batin mereka sesungguhnya ingin sekali melakukan protes keras terhadap orang – orang yang memakan harta titipan mereka, seandainya bulan bisa ngomongpun mungkin dia akan meredupkan sinarnya sebagai tanda bukti keikutsertaan kesedihan yang dialami kaum miskin. Rasanya yang enak, renyah dan nyaman itulah mungkin gambaran korupsi sehingga orang akan senang korupsi, tapi akan lain ceritanya manakala korupsi itu dibuat tidak enak dan pahit rasanya, pasti banyak orang berfikir ulang ketika akan melakukan korupsi. Inilah seharusnya yang kita lakukan bagaimana membuat korupsi itu tidak enak dan getir rasanya, bagaimana caranya...? secara teoritis sebetulnya sudah sering menjadi bahan kajian dan diskusi para aktivis, akademisi termasuk para birokrat sendiri, akan tetapi masalahnya adalah kembali lagi kapada kesungguhan para pelaku kebijakan publik terutama para pejabat dan wakil rakyat untuk senantiasa setia dengan amanat dan sumpah yang tekah mereka ucapkan, bahwa mereka akan senantiasa untuk tetap berdiri paling depan dengan barisan anti korupsi untuk melakukan perlawanan terhadap korupsi di negeri sampai hayat masih dikandung badan. Wallahu A’lam

ini aku waktu rihlah di wisata guci - tegal jawa tengah.
click in here banten student training instituttion
click in here sekolah alam jakarta

click in here : http:banten student training

RUU APP & BISNIS OGRAFI

(Tulisan pernah dimuat di Harian Fajar Banten, Edisi 18 Maret 2006)

Sampai detik ini pro kontra seputar Rancangan Undang - undang ografi dan oaksi masih terus ramai dibicarakan. Namun demikian DPR tetap akan meneruskan rumusan RUU APP tersebut. Tekad DPR untuk terus melanjutkan RUU tersebut yang nantinya akan menjadi Undang - undang lebih dilandasi oleh rasa tanggung jawab akan masa depan anak bangsa yang kian hari - kian mengalami pembusukan prilaku generasi muda. Sedikit kritikan untuk bagian terkecil masyarakat yang menolak, yang beranggapan bahwa RUU APP tersebut akan mendiskriminasi kaum hawa dan memancing perpecahan rakyat Indonesia, adalah sangat tidak beralasan. Penulis melihat disini bahwa mereka tidak mengamati secara jeli tentang RUU tersebut dan tidak menggunakan hati nurani mereka. Bagaimana mungkin RUU tersebut mendiskriminasi kaum hawa sedangkan disana disebutkan dengan sangat jelas bahwa undang - undang tersebut bukan hanya diberlakukan untuk kaum hawa saja, akan tetapi undang - undang itu dibuat untuk semua jenis kelamin. Penulis melihat tentang adanya hingar bingar aksi penolakan RUU APP adalah skenario global sekolompok yang menginginkan agar Indonesia semakin hancur dengan meracuni generasi muda dengan ografi dan oaksi. Sudah banyak kasus yang kita saksikan baik dimedia cetak maupun di media elektronik dimana kasus pelecehan seksual itu diakibatkan maraknya tontonan yang berbau ografi dan oaksi. Mereka kelompok yang menolak sengaja merekayasa isyu RUU APP menjadi isyu agama, karena isyu inilah yang sensitif sehingga mereka menolak RUU APP lantaran akan membawa negara Indonesia menjadi negara Arab, demikian yang dikatakan oleh Goenawan Muhammad seorang budayawan terkenal dalam sebuah artikelnya di Koran Tempo, Alasan selanjutnya, dikatakan oleh kelompok yang menolak bahwa RUU APP bertentangan dengan adat istiadat di Bali dan Papua karena pakaian adatnya tidak menutup aurat secara sempurna. Padahal pada diskursus soal ografi mereka tidak masuk kategori. Dan terakhir adalah alasan mereka menolak RUU APP adalah RUU APP tersebut dianggap oleh mereka mengekang dan membatasi peran seni dan budaya di Indonesia. Padahal mereka sendiri yang sebetulnya membatasi tentang makna seni itu sendiri, seolah - olah seni itu hanya sebatas menontonkan dan menonjolkan kebagusan tubunya bukan lebih kepada substansi seni itu sendiri.

Sekenario Menyesatkan di Balik Penolakan RUU APP

Pada akhir - akhir ini sering kita melihat para publik figur sedikit demi sedikit kini sedang menuju ke jalan yang benar. Mereka kini sudah "berani" untuk berpenampilan unik dibandingkan hari - harinya yang tempo dulu. Kita lihat aktris ternama Ineke Koesherawati, Cici Tegal, Maudy Koesnady dan masih ada lagi, walaupun jumlah ini masih relatif kalah dengan orang - orang yang terus membombastis generasi muda dengan ografi, tapi setidaknya memberikan apresiasi tersendiri bagi generasi muda khususnya kalangan aktris yang kerap kali dijadikan tiruan mulai dari a hidup, busana dan lain sebagainya. Belum lagi tentang maraknya musik alternatif seperti Nasyid yang kini mayarakat sudah tidak asing lagi plus munculnya dai-dai muda yang masyarakat lebih cepat menerima nasehatnya. Nah, kondisi seperti ini adalah ancaman bagi orang - orang yang tetap menginginkan Indonesia dalam kebodohan dan keterpurukan, dimana mereka yang sudah menemukan hidayah akan dapat mempengaruhi perilaku anak bangsa agar senantiasa mengedapankan moral. Sekali lagi ini ancaman bagi mereka, karena mereka merasa pangsa pasarnya sedikit demi sedikit diambil alih dan ini ancaman bagi bisnis mereka. Akhirnya mereka membuat skenario global bahwa RUU APP ini harus dihadang. Mereka terus melakukan gerilya dengan menggunakan pendekatan ke tokoh - tokoh yang mereka anggap bisa bekerjasama untuk mendukungnya, didekatilah tokoh seperti Akbar Tanjung, Megawati dan tokoh seni lainnya, disamping itu pula mereka segera merapat kemedia, tindakan selanjutnya adalah mereka segera melakukan aksi protes terhadap RUU APP dengan menggunakan moment seperti hari Perempuan sedunia, dan ternyata ada beberapa mediapun menyambutnya dengan begitu antusias karena beberapa mediapun memiliki kepentingan. Lalu mereka munculkan opini yang mengesankan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menolak RUU APP tersebut. Padahal secara fakta, seperti yang diungkapkan oleh Ketua Pansus RUU APP Balkan Kaplale dari 167 organisasi dan elemen masyarakat diantaranya 144 organisasi mendukung pembahasan RUU APP yang tak setuju hanya sekitar 23 organisasi artinya hanya 10% yang tidak setuju. Kepanikan para pebisnis ografi menjadikan mereka jadi tidak berfikir logis, yang pada akhirnya mereka membabi buta membuat logika - logika penolakan, seperti pernyataan bahwa RUU APP adalah upaya menjadikan Indonesia menjadi negara Arab, dan lebih lanjut mereka katakan bahwa RUU APP hanya sebagai batu loncatan menuju ke Syariat Islam dan yang lebih parah lagi mereka katakan bahwa RUU APP jelas akan membawa dampak penurunan pendapatan pada aspek Pariwisata, padahal Menteri Pariwisata sendiri setuju dengan adanya RUU APP. Nampaknya mereka akan terus mengupayakan agar RUU APP tersebut dijadikan undang - undang, karena menurut mereka kalau sampai RUU APP ini dijadikan undang - undang maka mereka beranggapan habislah lahan pendapatan mereka, sebab peluang terbesar menurut mereka adalah penjualan ografi di Indonesia. Belum lagi kalau kita lihat negara - negara yang memahami betul bahwa kalau kemudian hari bangsa Indonesia memiliki aset yaitu anak bangsa yang produktif dengan bingkaian prilaku yang ketimuran, maka kelak bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kuta dan mampu mandiri. Kondisi ini sudah bisa dtangkap sejak lama oleh negara - negara sekuler seperti Amerika dan kroninya.Mereka memahami betul bahwa kebangkrutan negara Indonesia bukan semata - mata karena faktor ekonomi akan tetapi yang lebih mendasar adalah karena generasi muda kita tidak PD dengan budaya ketimurannya sendiri. Sehingga kita lebih banyak mengambil contoh - contoh budaya barat yang notebene bukan malah akan memajukan akan tetapi justru akan menghacurkan bangsa Indonesia. Mereka juga memahami betul bahwa korupsi yang terjadi sekarang ini yang dilakukan para elit - elit tidak bisa lepas dari masa mudanya para elit tersebut, yang kerap kali disuguhi tonotnan ografi dan oaksi.

Peran Media dalam RUU APP

Skenario global mereka cukup berhasil, karena didukung oleh media, baik media cetak maupun elektronik. cob akita saksikan di layar kaca, hampir semua tontonan yang setiap hari ditayangkan selalu lebih menonjolkan aurat, celakanya lagi, mereka sengaja memanjer jam tayangnya adalah ketika anak - anak atau generasi muda bisa melihat acara tersebut, inilah yang mereka sebut pangsa pasar tanpa mengindahkan dampak dan efek yang akan terjadi baik secara individu lebih - lebih dampaik secara nasional yang merosotnya nilai - nilai ketimuran dan hilangnya budaya malu. Saat ini memang bisnis pronografi sanagt menggiurkan karena kalau dapat memikat hati konsumen mereka akan mendapatkan keuntungan yang menggiurkan. Perdagangan malah o atau sering kita sebut majalah esek - esek, VCD o, situs o. dalam sebuah penelitian dari pengguna internet dari 100% pengguna internet hanya 5 % yang mampu bertahan untuk tidak membuka situs o, masih hasil penelitian , bahwa tayang televisi 75% adalah menampilkan aurat wanita. Media - media sangat berperan dalam meramaikan ografi.Walaupun sudah ada undang - undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran tugas dan kewajiban Komisi Penyiaran diantaranya menjamin masyarakat mendapatkan informasi yang layak, ternyata dalam kurun waktu 3 tahun sejak diberlakukanya undang - undang tersebut terjadi 62 pelaporan pelanggaran. Coba kita lihat, dengan adanya undang - undang saja mereka tidak jera apatah lagi kalau tidak aturan yang formal, jelas - jelas akan lebih parah lagi.


Solusi yang harus kita lakukan

Mengingat pentingnya akan sebuah aturan dan undang - undang ografi dan oaksi, maka seyoganya kita semua elemen bangsa dengan lintas agama dan suku untuk turun serta melakukan aksi dukungan terhadap Rancangan Undang - undang Anti ografi dan oaksi yang akan disahkan sekitar bulan Juni 2006 nanti. Sebab, fakta setelah pansus mengadakan hearing dengan berbagai lintas agama, dan ternyata mereka sangat mendukung RUU APP karena dianggap telah meracuni generasi muda sebagai tonggak peneru estafeta kepemimpinan bangsa Indonesia, kalau kemudian calon pemimpin negeri yang kaya raya ini dicekoki oleh adegan ografi maka kelak mereka akan menjadi pemimpin yang tidak produktif. kondisi seperti ini tidak boleh kita biarkan, saat ini juga kita harus bahu membahu untuk menyelamatkan negeri ini dari dekadensi moral anak bangsa. Kedua, terus memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat bahwa RUU APP tidakla membatasi seni, tidaklah mendiskrimansikan kaum hawa, tidak mengurangi pendapatan khususnya Pariwisata, akan tetapi justru akan memberikan dan mengangkat derajat nilai seni yang selama ini telah keluar dari jalur yang sesungguhnya dari makan seni itu sendiri. Dengan RUU APP itu sendiri kaum hawapun akan mendapatkan poisisi yang terhormat dan yang lebih penting lagi adalah dengan disahkannya RUU APP maka kita berarti ikut andil dalam upaya penyelematan anak bangsa dari kemrosotan moralitas anak - anak kita. Ketiga, agaknya menjadi keniscayaan untuk kita orang - orang yang peduli akan generasi muda bangsa untuk merapatkan barisan guna membuat tontonan leternatif yang layak dan baik untuk dikonsumsi oleh kalangan anak muda dengan kemasan yang menarik bagi mereka, sehingga dengan demikian mereka anak - anak muda akan bergeser dari kecintaan terhadap sesuatu tontotnan yang tidak bermanfaat menjadi tertarik dengan tontonana yang berkualits sehingga, dengan demikian mereka orang - orang yang membuat tontonan mesum dengan sendirinya akan lesu karena bisnisnya sedikit demi sedikti ditinggalkan konsumen potensialnya. Akhirnya penulis mengucapkan kepada Pansus DPR RI untuk segera mengesahkan RUU APP menjadi sebuah undang - undang dengan demikian semua rakyat tersebut terikat dan wajib mematuhi undang - undang tersebut. Sebab konon negara seperti Amerika Serikat saja yang kita kenal Liberal pun memiliki aturan dan undang - undang Antipornografi.http://www.fpks-dpr.or.id

PARTISIPASI POLITIK KAUM PEREMPUAN

(Tulisan ini pernah dimuat di harian Fajar Banten, Edisi 28 Maret 2006)

Untuk melakukan sebuah perubahan yang besar bagi kemajuan suatu bangsa dan peradaban, pertama - tama yang mesti harus dilakukan adalah Paradigma Berfikir orang yang akan melakukan perubahan tersebut, sebab mustahil suatu kaum akan dapat melakukan perubahan manakala pola fikir dan cara pandangnya masih bermasalah, sehingga upaya perubahan paradigma ini adalah sebuah keniscayaan, yah sebuah keharusan yang harus dilakukan oleh si perubah itu sendiri, begitu juga yang menyangkut kaum perempuan, ketika mereka ingin melakukan perubahan baik yang menyangkut langsung dengan isyu - isyu keperempuan ataupun isyu - siyu secara global, maka mereka harus merubah paradigma berfikir mereka. Sejauh mana sih urgensi perubahan paradigma berfikir dalam upaya perubahan..?

Pada pertemuan bertempat di New Delhi, India pada bulan Maret 1999 yang mengambil tema ‘ Partisipasi Politik Perempuan" yang disponsori oleh UNDP (United Nation Develpoment Programme) sebuah lembaga PBB yang memiliki jaringan 166 negara itu melaporkan bahwa ada kemajuan berkaitan dengan partisipasi kaum perempuan semenjak Program Aksi Beijing beberapa tahun yang lalu, dimana sebagai eksperimen India dengan amandemen konstitusinya yang mewajibkan sepertiga kursi wakil pemerintahan lokal untuk kaum perempuan demikian dikatakan oleh Mark Malloch Brown. Ada sebuah kata yang menjadi catatan penting di sini yaitu, kemajuan yang dilakukan oleh kaum perempuan. Ini mengundang tanda tanya besar kemajuan apa yang sudah dilakukan kaum perempuan....?. Bukankah selama ini kerapkali kita sering mendengar traveking atau perdagangan kaum perempuan yang sampai sekarang masih terdengar nyaring, dalam konteks Indonesia, kita juga masih diprihatinkan dengan tradisi pengiriman Tenaga Kerja Wanita yang notebene mereka diperbantukan sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) sampai kemudian muncul banyak kasus yang sangat menguatkan bahwa posisi kaum perempuan masih mendapatkan posisi yang selalu tidak beruntung, apakah kondisi ini kehendak kaum perempuan itu sendiri atau memang ada sesuatu yang harus dirombak oleh kaum perempuan yaitu paradigma berfikir yang masih sempit, atau kondisi seperti ini hanya terjadi di negara kita Indonesia. Menurut Data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Malaysia dari tahun 2001 - 2004 tercatat sebanyak 2.451 kasus, 2.150 kasus, 2.112 kasus dan 2.158 kasus padahal Pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan telah mengeluarkan undang - undang No.13 tahun 2003 disana tertera bahwa pemerintah melarang penempatan tenaga kerja dibawah usia 18 tahun, lebih menguak lagi data di Departemen Ketenagakerjaan jumlah TKI perempuan yang telah ditempatkan di luar negeri dari tahun 2001 - 2004 berjumlah 1.047.130 atau 77.1 % dari 1.357.703 jumlah keseluruhan dan didominasi oleh kaum perempuan, data ini diperkuat dengan temuan dari Depnaker data tahun 2003 menunjukan sebanyak 54% perempuan Indonesia yang bekerja di luar negeri hanya lulus SD, 19% lulus SMP dan 27% lulus SMA, hal ini tidak menjadi masalah manakala kondisi tempat kerja mereka kondusif serta layak, akan tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian, umumnya yang terjadi terhadap mereka adalah bekerja pada kondisi kerja yang buruk, dipaksa bekerja dengan jam kerja yang tidak teratur melebihi batas kerja dengan upah yang dibawah standar, belum lagi mereka sering ditempatkan pada posisi kerja yang tidak sesuai dengan kontrak kerja, dan sering mereka rentan dengan tindak kekerasan, ekspolitasi, pelecehan seksual bahkan kematian sementara tidak ada jaminan dari negera untuk melindungi mereka. muncul lagi pertanyaan, lantas kemana peran perempuan selama ini..?. ketidakadilan yang dialami kaum perempuan masih ramai harusnya ini menjadi fokus pemikiran kaum perempuan itu sendiri, sebagai contoh yang diungkapkan UNDP perwakilan Indonesia sekitar 64% dari orang dewasa yang buta huruf adalah perempuan. khusus peran kaum perempuan di lembaga legislatif di Indonesia kini sudah ada amanat undang - undang baru yaitu naik sekian persen, akan tetapi pada aplikasinya masih belum optimal. terkadang kaum perempuan masih dilihat sebelah mata, artinya mereka hanya dijadikan obyek untuk memenuhi kuota partai politik agar partai tersebut dikatakan peduli akan kaum perempuan, lalu apa yang sedang terjadi pada kaum perempuan, sehingga demikian ruceknya persoalan mereka sendiri, itu semua bermula dari cara pandang kaum perempuan memandang dirinya sendiri, masih banyak kita temukan dikalangan mereka yang hanya siap dijadikan obyek tanpa upaya untuk bangkit dari semua kondisi buruk tersebut. Perubahan Paradigma inilah yang harus segera dilakukan oleh mereka sehingga mereka akan bangkit untuk memposisikan mereka sebagaimana posisi yang seharusnya.

Kesadaran Politik Kaum Perempuan

Pemahaman yang reduktif tentang peran perempuan dalam politik agaknya sudah mengalami perubahan, hal ini dapat dilihat keterlibatan perempuan dalam kancah perpolitikan khususnya di Indonesia. Itulah mungkin dampak perubahan paradigma berfikir, bahwa posisi wanita dengan kaum laki - laki adalah sebagai partner bukan atasan dan bawahan, sehingga paradigma ini mampu menghentakan para kaum perempuan untuk lebih optimal dalam mengaktualisasikan potensi yang mereka miliki. Kesadaran ini penting dikalangan perempuan agar mereka tidak menjadi korban mobilisasi politik oleh partai - partai penguasa yang memaksakan kehendaknya. Dengan adanya kesadaran ini kaum perempuan akan lebih optimal dalam memainkan peran yang semestinya dimainkan bukan atas dasar paksaan ataupun keterpaksaan. Dalam tatanan sosial yang kian hari kian memburamkan potret wajah negeri ini membuktikan bahwa keterlibatan politik kaum perempuan yang didasarkan atas dasar kesadaran ini sangatlah urgen, sehingga sedikit demi sedikit namun pasti perubahan kearah yang lebih baik dapat dilakukan. Kesadaran inilah yang harus senantiasa dipupuk dan terus ditanamkan kepada mayoritas kaum perempuan, dengan harapan mereka akan lebih leluasa dalam ikut andil dalam proses perubahan. Ada beberapa hal yang mesti kita lakukan supaya kesadaran kaum perempuan akan urgensi kepemimpinan dapat dimaknai dengan sempurna. Pertama, Kaum perempuan harus diberikan pemahaman akan jati dirinya sebagai perempuan, bahwa keahdirannya di muka bumi bukan sebagai pelengkap untuk meramaikan hiruk pikuk peradaban dunia akan tetapi lebih kepada agar mereka juga dapat bermitra dengan kaum laki - laki. Kehadiran perempuan bukan hanya didalam kamar, dapur sumur dan kasur, akan tetapi lebih daripada itu.Kedua, jiwa perempuan harus dibangun self confidence, sering kita mendengar ketika kaum perempuan diberikan sebuah jabatan namun lebih memilih mengelak dengan alasan tidak mampu, padahal sebetulnya mampu, hanya saja kepercayaan dirinya yang membuat mereka tidak mau memikul kepercayaan tersebut. Ketiga, Kelimuan yang memadahi, semangat saja tidaklah cukup akan tetapi harus ditopang dengan keilmuan yang memadai, sehingga mereka tidak keluar dari kodratnya sebagai kaum wanita tanpa harus mengurung diri. Dengan keilmuan tersebut mereka juga akan lebih PD untuk terlibat dalam ranah publik. Penulis yakin kalau ketiga hal itu dimiliki oleh kaum perempuan maka mereka dapat melakukan sesuatu yang lebih ketimbang hanya urusan dapur, maksudnya adalah bukan berarti mengabaikan urusan dapur, akan tetapi mereka dapat melakukan yang lebih dari pada itu.

Aktualisasi Kaum Perempuan

Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan kaum perempuan dalam urusan publik, diantaranya bersama - sama kaum laki - laki untuk melakukan penyadaran politik masyarakat, penyadaran ini penting untuk dilakukan sehingga masyarakat tidak lagi menjadi objek para elit - elit politik yang sampai saat ini lebih banyak politikus bermuka dua dan pandai bersandiwara, hal ini harus dilakukan dengan sistematis dan sungguh - sungguh. Problematika masyarakat tentang kesadaran politik bukan hanya tanggung jawab kaum laki - laki akan tetapi kaum wanitapun turut bertanggung jawab atas upaya - upaya kelompok tertentu untuk melakukan pembodohan politik masyarakat demi kekuasaannya. Proses penyadaran politik dapat dilakukan dengan melakukan beberapa hal diantaranya adalah pertama, melakukan pendidikan politik kepada masyarakat dengan dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Kedua, melakukan penyadaran kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban politik masyarakat, selain melakukan penyadaran kaum perempuan juga dapat mengaktualisasikan diri dalam mengontrol penguasa dan kepemimpinan, sehingga diharapkan kelompok controling akan lebih kuat karena mendapat dukungan dari kaum perempuan, terakhir kaum perempuan juga diharapkan untuk siap mengisi pembangunan kehidupan politik sesuai dengan peradaban yang lebih baik, jadi betul - betul dikawal dari awal sampai pada mobilitas vertikal sehingga tidak putus di tengah jalan. Dengan demikian iklim kehidupan politik dapat disketsa bukan saja oleh kaum laki - laki akan tetapi bekerjasama dengan kaum perempuan, sehingga keadaan yang lebih baik akan cepat tercapai. Ketika kaum perempuan sudah memiliki kesemua persyaratan yang harus dimiliki, maka kepemimpinan kaum perempuanpun sebuah keniscayaan bukan hanya angan - angan atau mimpi disiang bolong, tidak ada lagi kegagapan kaum perempuan dalam upaya perubahan melalui lembaga publik, dan disanalah nanti akan terlihat sampai sejauhmana kemampuan mereka dalam memimpin.http://www.menegpp.go.i

foto - fotoku