Friday, December 01, 2006

Pernak-pernik Kehidupan

Ike Yeni Riyana, salah seorang teman lama saya waktu SMA sering melontarkan sebuah pernyataan kepada saya setiap ketemu ataupun melalui SMS, atau email. “Karnoto sekarang sudah sukses yah,?. Kata Yeyen, nama akrabnya. Pernyataan itu cukup mengganggu dalam alam bawah sadar saya. Dan biasanya langsung sayang tanggapi dengan kata singkat. “Sukses apanya nih,”tanya saya.selanjutnya


Darimanakah Muncul Ide ?

Dalam kehidupan sehari-hari kita disibukan dengan rutinitas yang terkadang sering menjebak kita pada rapuhnya daya pikir dan mrembesnya otak kita dalam kepenatan. Jangankan untuk menyerap ide, mengingat apa yang sudah kita lakukan pun terkadang sering kelupaan. Sisi lain kita masih menanggapi hal itu dengan suatu kewajaran, namun jika hal itu kita biarkan berlarut-larut maka akan mengancam kemampuan kita dalam menelurkan sebuah ide. Kondisi ini harus segera diantisipasi, agar kita tidak menjadi manusia jumud alias primitif.selanjutnya

Friday, November 17, 2006

Wapres Hadiri Haul Syeikh Nawawi

Ribuan warga yang memadati lokasi acara haul Syeikh Nawawi AlBantani yang ke 113 tampak terlihat di sepanjang jalan menuju ke panggung utama. Tampak pula ratusan aparat keamanan berjaga-jaga di pinggir jalan, bahkan pengamanan sudah terlihat sejak dari pintu tol Serang Timur. Keramaian itu menimbulkan kemacetan di sekitar lokasi. Kemacetan bertambah dengan banyaknya para pedagang yang mengais rezeki dengan memanfaatkan momen yang diadakan setahun sekali itu.selengkapnya

Saturday, November 04, 2006

Peran Sahabat Kita

Sekitar empat tahun yang lalu saya menghadiri sebuah acara pengajian yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di kampus saya. Awalnya saya tidak begitu mengistimewakan dan juga tidak merendahkan, jadi biasa-biasa saja. Namun menjelang penutupan, ada pernyataan dari narasumber yang sempat mengendap dalam alam pikiran saya, dan pernyataan itu hingga sekarang masih teringat dan sering saya ucapkan juga ketika saya berbicaradenganoranglain.selanjutnya

Liburan Di Pantai Bagedur

Beberapa hari yang lalu, tepatnya Sabtu (28/10) saya dan dua rekan saya mengunjungi sebuah kawasan pantai di daerah Banten Selatan, tepatnya di Pantai Bagedur, Malingping Kabupaten Lebak. Kami berangkat dari Serang, karena kami menggunakan kendaraan pribadi, maka, perjalanan yang semestinya ditempuh empat hingga lima jam, namun bisa kami pangkas sehingga hanya sekitar tiga jam perjalanan.selanjutnya

Sunday, October 15, 2006

Kemenangan Yang Terusik

Keceriaan Antinah, ibu beranak lima ini terpaksa harus tertahan di sela-sela ia melaksanakan ibadah puasa. Pasalnya ia harus mengalihkan perhatiannya kepada pintu gerbang Idul Fitri untuk mengikuti tradisi kebanyakan orang yang menggunakan pakaian baru, buat kue supaya tidak dikatakan ”ingkar” terhadap tradisi.selanjutnya

Sunday, September 10, 2006

SAWARNA, WISATA YANG MERANA

Sepanjang jalan menuju desa itu akan terlihat barisan pohon jati yang rapih, di belakang barisan pohon jati terlihat birunya laut karena terkena pantulan dari langit. Desa itu terlihat masih asri dan alami, inilah mungkin yang memancing para pemburu ketenangan atau wisatawan rela menginap sampai satu minggu bahkan sampai satu bulan. “ Pernah ada wisatawan dari Belanda menginap di rumah penduduk sampai satu bulan.” Terang Mustofa, pemuda desa Sawarna yang juga menjadi guide.
Udara di desa Sawarna masih sangat alami, kesejukannya terasa oleh kami Tim Jelajah Banten ketika pagi – pagi berjalan santai di pinggiran jalan. “ Udaranya dingin, namun terasa beda dengan udara di kota.” Terang Arif, salah satu tim jelajah Banten. Setelah semalam bergadang dengan seorang kyai yang sedang merintis pesantren salafiah, pagi – pagi kami beranjak untuk melihat – lihat suasan pantai yang sering dijadikan shurving para wisatawan, terutama wisatawan asing. selengkapnya

Saturday, September 09, 2006

MARISSA CAWAGUB BANTEN (1)


Telah datang lelaki pilihan
Telah datang perempuan pilihan
Dialah Kang Zul dan Marissa
Dialah pemimpin Kita

Bait syair itu masih terdengar nyaring ditengah keheningan malam. Tampak terlihat Bobby sedang memeriksa list tugas sambil menggaruk – garuk rambutnya yang putih. “Spanduk sudah, menghubungi calon sudah, mobil sound sudah,” ujar Bobby dengan nada lirih.
Tiba – tiba Ismail datang dari arah luar sambil berkata, Akh, jangan lupa buat slayer sama bendera kecil. “Slayer itu nantinya untuk ciri panitia, kalau bendera kecil buat peserta yang jalan kaki sekaligus dibagikan ke pengguna jalan,” kata Ismail meyakinkan. Terlihat pula beberapa orang sedang berjaga – jaga di luar, mereka adalah tim kepanduan yang ditugaskan untuk berjaga – jaga.
Tak terasa jarum jam sudah berada di angka tiga, terlihat beberapa panitia sudah tersungkur, karena tidak kuat menahan kantuk. Selang beberapa menit semua panitia yang lain pun ikut tersungkur, hingga yang tersisa para kepanduan yang bertugas menjaga keamanan.selengkapnya

Thursday, July 13, 2006

QUO VADIS REMAJA


Generasi masa depan dalam terminologi Ilmu Psikologi Perkembangan Jiwa dikenal dengan istilah Remaja. Masa Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak – anak dan masa masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun (satumedia.com). Pada masa peralihan inilah, generasi muda (baca: remaja) sering terjebak pada impian semu. Kalau kita perhatikan bersama tentang fenomena remaja, maka disana akan kita temukan beberapa kasus yang sifatnya ”latah”, ini terjadi karena karakter remaja itu sendiri yang cenderung ingin meniru dari apa – apa yang dia lihat dan dia dengar, karena memang mereka sedang mencari jatidiri, siapa diri mereka yang sebenarnya. Proses pencarian jatidiri inilah yang membuat mereka menjadi berani dan mau tampil ”beda” dengan masyarakat pada umumnya. selengkapnya


Thursday, July 06, 2006

UAN & INDUSTRIALISASI PENDIDIKAN

Tahun 2006 kali ini dunia pendidikan Indonesia diramaikan dengan adanya masalah Ujian Akhir Nasional (UAN) mulai dari proses penyelenggaran sampai kepada tahap akhir atau finishing. selanjutnya

Friday, June 16, 2006

Aku dan temen - temen pengurus KAMMI Daerah Banten menjelang akhir kepengurusan, melepas lelah di Pantai Anyer, Banten. lihat yang lain

Saturday, June 10, 2006

PROBLEMATIKA REMAJA

Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa – masa seperti ini sering terjadi ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati diri sebagai seorang remaja. Walaupun saat ini masih terdapat beragam interpretasi tentang definisi remaja, seperti definisi menurut BKKBN bahwa seseorang dikatakan remaja yaitu antara usia 14-20 tahun. selengkapnya

Jadi Wartawan, Siapa Takut

Sejak arah perpolitikan di negeri ini berubah 180 derajat, yang diawali dengan lahirnnya gerakan reformasi dengan lokomotif para mahasiswa, sejak itu pula posisi mediapun berubah dan secara otomatis gerak dan langkah para kuli tintapun mengikuti perubahan tersebut. Kalau kita menengok sejarah kebelakang dimasa kepemimpinan Soeharto profesi wartawan boleh dibilang posisi yang cukup beresiko terutama bagi para wartawan yang memegang teguh kode etik wartawan dan idealismenya, karena harus sering berbenturan dengan tirani penguasa yang sesukanya tanpa mengindahkan kondisi masyarakatnya. selengkapnya

Wednesday, May 31, 2006

KETIKA KETETAPAN ALLAH TERJADI

Tidak ada dalam sisi kehidupan ini yang pasti, karena kepastian hanya milik Allah SWT, yang maha kaya dan maha perkasa. Kekuatan manusia paling banter hanya sampai pada tingkat asumsi atau prediksi, mungkin inilah salah satu kelemahan mahluk yang bernama manusia dan harus disadari betul. Beberapa hari lalu kita dikejutkan oleh peristiwa yang sebelumnya tidak ada orang yang menyangka bahwa di kota gudeg dan jawa tengah akan terjadi gempa bumi, karena memang sebelumnya pandangan masyarakat tertuju pada gunung Merapi yang sudah berstatus “awas”.

Pedih dan cukup mengagetkan memang peristiwa tersebut, tapi itulah fakta, dimana kepastian hanyalah milik Allah SWT. Padahal dua tahun yang lalu kita masih terngiang sebuah peristiwa yang boleh dikatakan kiamat kecil, Ketika itu Tsunami bosan bermain – main di laut, dia ingin ikut bermain dengan mahluk yang sering bertengkar dan sombong, yaitu manusia.Ribuan nyawa melayang, baik itu anak – anak, nenek – nenek, ibu – ibu, bapak – bapak ataupun para gadis dan pria.

Demikian juga yang terjadi di Yogyakarta dan sebagian jawa tengah, sampai tulisan ini dibuat (1 juni 2006) menurut beberapa media, seperti metro TV, antv dan lainnya korban meninggal sudah mencapai 5.700 lebih jiwa. Pasca gempa mulailah orang ramai – ramai untuk mewujudkan kepeduliannya terhadap bencana tersebut, dari smp sampai partai, dari bermodalkan kardus sampai lobi tingkat elitpun dilakukan.

Ada apa dibalik peristiwa tersebut…? Beragam pernyataanpun muncul, ada yang mengatakan bahwa ini adalah tanda – tanda kiamat, ada juga yang sampai kepada mistik, konon ceritanya Ratu Nyi roro kidul marah karena masyarakat jogja sudah berani melanggar aturan nyi roro kidul. Boleh saja mereka berasumsi macam – macam, tapi seyogyanya kita sebagai ummat muslim, tentunya menyadari betul akan ketetapan Allah, dimana dalam hidup ini ada ujian, cobaan, musibah dan adzab. Lalu, kitapun bertanya, masuk kategori manakah bencana di Yogya..? wallahu’alam.

Apapun namanya, yang jelas kita semua harus introspeksi diri kita masing – masing, apa yang sudah kita lakukan sebagai hamba Allah SWT, sudahkah kita menjalani hidup ini sesuai dengan aturan yang Allah tetapkan sebagai sang pencipta alam semesta beserta isinya..? andalah yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Untungnya kepedulian masyarakat kita masih ada,sehingga mereka yang tertimpa merasa bahwa dirinya masih memiliki saudara – saudara yang tidak dibatasi oleh letak geografis akan tetapi lebih daripada itu.Beberapa relawanpun berdatangan, ada yang menamakan posko peduli bencana (P2B) posko ini dimotori oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dimana partai ini merupakan satu – satunya partai yang paling aktif dan lebih cepat dari yang lainnya dalam soal kemanusiaan, dengan kemampuan jaringan yang dimilikinya partai ini sudah menurunkan 1000 relawan ke lokasi gempa, ada juga dari elemen mahasiswa seperti KAMMI, dengan gaya mereka sendiri, yakni turun kejalan sambil membawa kardus merekapun mengetuk pintu hati nurani para pengguna jalan,dan masih banyak lagi yang lainnya, semoga apa yang kita lakukan akan meringankan beban para korban dan amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

Tuesday, May 09, 2006

BERSYUKUR & BERHENTI SEJENAK

Setiap jengkal tanah yang kita injak, setiap udara baik itu pagi, siang ataupun malam yang kita hirup dan setiap air yang kita reguk untuk menuntaskan dahaga ketika kita merasa kehausan adalah sebuah nikmat dari Allah SWT yang sering kali kita sepelekan begitu saja, sehingga tanpa memberikan bekas ruhiyah apapun.

Ucapan rasa syukur sering kita ucapkan setiap kita memberikan kata sambutan ataupun mendapatkan sebuah rezeki, namun tidak sedikit manusia atau jangan – jangan kita termasuk golongan manusia yang aku maksud, yakni manusia yang hanya pandai beretorika dengan ucapan syukur namun tidak pernah masuk dalam hati kita, sehingga ucapan tersebut terasa hambar dan tidak membekas.Sederhana memang persoalannya, karena hanya mengucapkan syukur, namun akan tidak jadi sederhana manakala itu dianggap oleh sebagian manusia sebagai sesuatu hal yang biasa – biasa saja.

Allah SWT berfirman dalam suratnya yaitu “ Bersyukurlah kalian niscaya akan aku tambah nikmatmu” pernyataan tersebut tertuang dalam surat Ibrahim ayat 7 (kalau tidak salah, afwan lupa…).Lalu mungkin ada sebagian manusia yang merasa bahwa aku bersyukur kok nikmatku tidak tambah – tambah, kalau demikian yang terjadi berarti ada yang kurang beres dalam ungkapan rasa syukur kita, coba gali terus lebih detail dan lebih dalam apa yang terjadi sesungguhnya. Apakah kekurang ikhlasan kita atau kita hanya sekadar melafazkan saja tanpa maknawiyah apapun sehingga hambar.

Tidak mudah memang menjadi menusia yang bersyukur, sebab hati kita terkadang dihinggapi rasa sombong dan angkuh ataupun sering terlena dengan saking banyaknya kesibukan urusan dunia tanpa membuat rem dalam urusan akhirat. Kalau sudah demikian, maka yang harus kita lakukan adalah berhenti sejenak, demikian nasehat Abu Ridho. Berhenti untuk kembali mengisi tabung – tabung jiwa kita yang sering kita keluarkan untuk urusan dunia, berhenti sejenak untuk berfikir kembali dan evaluasi, sudah sejauhmana kaki kita melangkah dan berapa jauh lagi kehidupan kita akan berakhir, walaupun kita belum tahu pasti tapi paling tidak kita bisa mengira – ngira dengan rata – rata umur manusi sekarang.

Berhenti bukan berarti kita bermalas – malasan, berhenti bukan berarti kita menyerah atau berhenti bukan berarti kita kalah dan melarikan diri dari medan pertempuran, tidak, sama sekali tidak. Ketika kita berhenti sejenak berarti kita telah melakukan upaya keadilan terhadap diri kita, letak keadilannya adalah kita memberikan ruang istirahat pada fisik dan fikiran kita, supaya mendapatkan energi yang lebih bagus kembali. Berhenti juga termasuk ujud sara syukur kita terhadap Allah SWT atas kenikmatan fisik yang telah diberikanNya. Akhirnya marilah kita untuk senantiasa untuk bersyukur dan mengevaluasi diri kita dengan cara melakuakn pemberhentian sejenak. Tapi ingat berhentinya seorang aktivis bukan berarti berhenti berfikir atau istirahat yang berkelamaan sehingga membuat kita terlena berhenti selamanya. Semoga Allah SWT selalu memberikan kepada kita jiwa – jiwa muda penegak tahuid, pejuang panji kebenaran kekuatan dan kemampuan untuk bersikap adil terhadap diri kita, amin yaa rabbal alamin.

Saturday, May 06, 2006

HIDUP ADALAH PILIHAN

Setiap detik setiap menit setiap jam setiap hari setiap minggu setiap bulan setiap tahun kita semua selalu dihadapkan pada pilihan –pilihan. Entah pilihan itu buruk ataupun baik. Aku tidak akan membicarakan soal pilihan itu buruk atau baik akan tetapi lebih kepada bagaimana kita membuat sebuah keputusan yang tepat di tengah – tengah pilihan yang kita hadapi. Ada sebuah kisah, mohon maaf karena aku lebih banyak diskusi dan mendapatkan kisa – kisah pernikahan, jadi kisah yang akan aku ceritakanpun tidak lepas dari perihal tersebut (maklum aku sendiri belum nikah, itung – itung belajar… he.he…).

Ais (mohon maaf lagi kalau ada yang namanya sama, padahal aku asa loh..) adalah seorang gadis yang menurut ukuran orang pada umumnya tergolong mahluk langka. Beberapa kelebihan yang dimilikinya tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Orang tuanya seorang pengusaha yang cukup kaya dan disegani oleh masyarakat karena kedermawanannya, akhlaknya dan gemar membantu orang yang sedang kesusahan, selain factor orang tuannya Ais sendiri memiliki kepribadian yang lembut dan supel serta pandai bergaul. Walaupun ia sendiri mengenakan jilbab gede atau istilah lainnya Jilbaber akan tetapi tidak lantas membuat dia jadi orang yang susah bergaul (tentunya masih dibatasi sar’I donk…..).

Pendidikan yang sampai dia meraih gelar Sarjana Ekonomi juga tidak membuat dia sukar berbicara dengan si mbok yang jualan jamu atau jadi enggan ngobrol dengan penjual sayur yang tiap hari lewat di depan rumahnya. Singat cerita, setelah sudah 3 bulan berhenti dari aktivitas kampusnya karena memang sudah selesai kuliah dengan nilai yang baik walaupun tidak mendapatkan cumaude orang tuanya mengajak ngobrol serius soal pernikahan. Sebetulnya periha itu sudah ditangkap oleh Ais sendiri dan awalnya dia menganggap biasa – biasa saja karena memang itu sesuai planning Ais sendiri (malkum selama di kampusnya dia mengikuti pelatihan manajemen diri sampai 4 kali) bahwa begitu selesai lulus S1 langkah selanjutnya adalah menikah baru melanjutkan ke S2.

Namun persoalannya jadi tidak sederhana, ketika sang ayah menyodorkan langsung 2 pria dan kedua – duanya Ais tahu, yang satu adalah temen kampus Cuma beda fakultas yang satunya lagi adalah tetangganya di sendiri yang baru menyelesaikan S1 dari Unila Lampung. Dengan langkah bimbang dan sedikit cemas Ais berkata kepada Ayahnya “ Bah, kalau Ais punya calon sendiri gimana…? Untung saja sang ayah adalah sosok ayah yang bijaksana, lau dipersilahknnya Ais untuk menyampaikan calon yang dimaksud. Kemudian Ais meminta 3 hari untuk memberi tahukan kepada ayahnya.

Sekelumit cerita di atas adalah salah satu kasus yang mungkin bias jadi terjadi pada diri kita, atau setidaknya mirip. Tapi sebetulnya secara subsatansial adalah sama yaitu “memilih”. Kata memilih memang cukup singkat namun kadang kita dibuat olehnya kedodoran dalam bertindak bahkan karena saking seringnya kita “dimainin” oleh “memilih” kita sering cidera dan celaka. Sebetulnya Islam sendiri sudah memberikan solusi yaitu dengan diperintahkannya shalat istikharoh.

Jadi pada akhirnya kita tetap harus memilih sebuah pilihan walaupun terkadang itu pahit dan tidak mengenakan, lalu juga kita harus menyadari dengan sepenuh hati dan ketulusan akan keterbatasan kita sebagai seorang manusia, maka dari itu kita harus istikharoh, memohon kepada Allah SWT agar dipilihkan jalan yang tepat yang akan menyelamatkan kita dari bencana dunia dan akhira. Wallahu’alam

Wednesday, May 03, 2006

Nikmat Tuhanmu yang manakah

Setelah aku baca dan merenungi Firman Allah SWT dalam surat Ar – Rahman, dimana disana dikatakan berulang – ulang “ nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan”. Seolah – olah disana Allah ingin menegaskan kepada manusia, kalau mungkin dibahasakan dengan bahasa kita kurang lebih berbunyi begini “ he manusia, kalian kan sudah aku berikan nikmat, baik itu kesempurnaanku menciptakanmu kemudian aku juga telah buatkan ala ini yang terdiri dari banyak ragam, ada bunga, air, gunung, pemandangan, hewan, lalu kenapa engkau tidak mau bersyukur dan taat padaKu.

Mungkin kita semua tidak pernah mencoba merenungi setiap apa – apa yang ada disekitar kita, entah itu hewan, tumbuhan dan manusia itu sendiri. Atau jangan – jangan kita berfikiran itu hal biasa,jadi biarkan saja berlalu begitu saja. Setiap apa – apa yang ada disekiling kita tidak akan mampu kita maknai apapun kalau kita pandang biasa – biasa saja. Namun akan memberikan sebuah hentakan dan mengasah kecerdasan spiritual manakala setiap apa yang ada disekeliling kita, kita maknai bahwa dibalik itu ada sebuah kekuatan dan kekuasaan sang pencipta, yaitu Allah SWT.

Peristiwa alam yang sering kita lihat seharusnya mampu memberikan hati makin terpaut dengan kebesaran dan kegagahan Allah SWT. Langit yang tanpa tiang, namun bias berdiri tegak dan tidak pernah runtuh kecuali atas kehendakNya, bunga – bunga yang mampu menebarkan bau yang harum sehingga membuat gerakan tangan kita untuk memetik dan menciumnya, awan yang berkejar – kejaran lalu berubah menjadi air hujan dan dengan air hujan tersebut Allah tumbuhkan buah – buahan untuk kesejahteraan manusia. Subhanallah (maha suci Allah) yang telah menciptakan dunia dan isinya tanpa merasa berat.

Ketika kita melihat peristiwa demi peristiwa yang terjadi, lalu apakah masih kita punya alasan untuk tidak taat dan tidak bersyukur, kalau masih begitu berarti otak atau fikiran kita ada yang konslet dan harus segera disolder dengan mekanik keimanan dan sentuhan nur al qur’an.

Friday, April 28, 2006

Yang Lalu tuk Masa Depan

Jarum jam menunjukan pukul 24.00 WIB kurang 3 menit dini hari, seperti biasa aku masih ditemani setiaku ... temen yang tidak pernah protes, teman yang tidak pernah bosan dengan keluhanku, teman yang selama ini menjadi tempat curhatku. Buku dan Komputer,itulah 2 teman setiaku selama aku sedang berfikir dan memaknai arti sebuah kehidupan. mereka yang selama ini memberikan aku pemahaman, pengertian dan selalu tulus dalam memberikan sesuatu kepada saya, dia tak pernah meminta imbalan apapun terhadap saya, tidak seperti halnya benda hidup seperti manusia, yang terkadang cepat bosan dan tak “ikhlas” serta tak sungguh – sungguh dalam menemani kehidupan saya kecuali seseorang itu adalah istri (he…he, makanya buruan). Bicara istri terkadang ingin rasanya cepat memiliki istri tapi kadang – kadang juga hati ini ragu, apakah kelak istriku nanti mengerti betul tentang keinginan saya dalam menjalankan hidup ini, entahlah..? hanya Allah yang Maha Tahu.

Besok pagi – pagi aku harus sudah siap – siap, jam 8 aku ditunggu di depan tol Serang Timur menemani rombongan yang mau ke Baduy. Setelah itu aku harus menemui temenku yang juga membutuhkan bantuanku untuk mengecat tokonya. Sambil mendengarkan untain syair nasyid Brother, karena ada beberapa lagu yang memang aku suka banget, diantaranya nasyid yang menceritakan tentang masa muda. Seperti biasa setiap malam aku selalu merenungi tentang perjalanan hidupku, sejak aku sekolah di SMP sampai aku tinggal di Serang. Kenapa aku sering merenungi perjalanan hidupku..? dari proses perenungan ini aku mendapatkan spirit baru, bahwa perjalanan aku masih jauh..... jauh sekali.!. Sekali – kali aku mengingat memori waktu masih sekolah di SMP, ketika itu aku baru masuk sekolah dan ikut penataran P4, waktu itu aku dikelompokan dikelas 1E, konon kelas itu kelas kumpulan orang – orang yang pinter dan punya nilai NEM SD yang lumayan tinggi. Prasangka ini cukup beralasan memang, terbukti rengking 1 Se SMP direbut oleh temenku. Oelistina namanya, seorang gadis yang aku punya kenangan dengan beliau. Ceritanya begini, ketika Penataran P4 aku duduk di belakangnya dia, saat awal masuk dia ngajak kenalan, kenalanlah kita. Saat jam pulang selesai pulanglah saya, saat itu pulang sekolah aku langsung tidur, pada pukul 3 sore aku dibangunkan oleh ibu, Mas.. bangun ada temennya tuh ..! seru ibu, Siapa bu, laki atau perempuan.? tanyaku. Perempuan temen SMP.. jawab Ibuku. Seketika itupula aku terperanjat. temen yang mana yah... aku betul – betul tidak menyangka kalau yang kerumah adalah Oelistina, coba bayangkan jarak dari rumah dia ke rumahku 7 KM, dan dia pakai sepeda lagi. Saat itu aku bingung, malu dan ngga pede, akhirnya aku minta tolong ke Ibu, tolong sampaikan aku ngga ada gitu....? dan aku langsung pergi Ibuku bingung.. ini gimana ada yang main kok malah pergi.

Sejak saat itu aku jadi malu dan tidak ngobrol dengannya, entahlah, saat itu memang aku paling takut dan malu kalau harus menemani temen perempuan kecuali ramai – ramai. Aku ngga tahu yang dia sampai mau main ke rumahku, selain jauh juga belum kenal akrab.. atau mungkin biar lebih akrab kali.. entahlah..!. singkat cerita, kitapun pisah dari kelas 2 sampai kelas 3, sampai beliu melanjutkan studinya di STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) kuliah kedinasan di Jatinegara – Jakarta. Selain gratis juga dijamin lulus langsung kerja di dinas. Akupun kuliah di Serang – Banten, walaupun tadinya tida niat. Dua Tahun kuliah, aku teringat temenku itu, dengan rasa ingin menebus dosa saya ketika dia main ke rumahku kemudian aku tinggal pergi, aku memberanikan diri untuk silaturahim ke rumahnya. Tahun 2003 pas moment lebaran, mainlah aku ke rumahnya, tanpa dinyana, beliau masih kenal saya, dan menyambut baik, dan yang membuat aku senang dan bangga, beliau kini sudah mengenakan jilbab besar seperti halnya temen – temen aktivis dakwah. Karena aku juga aktif di gerakan dakwah, dalam batinku terbresit..”Ya Allah terima kasih Engkau telah memberikan kepada kami hidayah. Waktu itu kita ngobrol seputar aktivitas kuliah kita masing – masing, dia ceritakan aktivitasnya pengajian disalah satu gerakan di kampusnya, namun kemudian dia agak kurang sreg karena ada sesuatu, lalu kemudian beliau pindah ke gerakan Islam yang lain dan sampai sekarang. Bagi saya tidak menjadi masalah, yang penting kini dia sudah tampil beda dengan mengenakan jilbab panjang. Akupun sama menceritakan tentang aktivitasku di tanah rantau Banten, dan diapun tidak terlalu mempersoalkan aktivitas di Tarbiyah. Saat itu yang ada adalah rasa syukur karena kita berdua mendapat Hidayah dari Allah SWT, walaupun belum sempurna – sempurna banget. Singkat cerita, dia lulus langsung di pekerjakan di Jambi, maklum terikat dengan kedinasan, sebelum dia lulus, beliau sering sekali menasehati saya ” , kamu ini kok hidup dikejar – kejar waktu ” hati – hati loh (khas dengan logat jawanya) dengan kamu sendiri, jangan kaya lilin yang mampu menerangi tapi kamu sendiri meleleh ”. Sejak beliau kerja di Jambi, aku tak pernah kontak dengan beliau, mudah – mudahan Allah memberikan kesabaran terhadap beliau.

Wednesday, April 26, 2006

KENAPA BELUM MENIKAH

Rabu, 27 Robiul Awal 1427 H/26 April 2006

Gejolak seorang pemuda dan pemudi ketika sudah memasuki usia yang dewasa adalah keinginan ingin segera memiliki teman sejati, dimana teman sejati ini menjadi teman curhat yang setia sampai akhir hayat. Perasaan ini tidak bisa dianggap remeh atau kita sepelekan begitu saja. Suara hati ini terkadang sering mengganggu kita dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari – hari. Apatah lagi bagi seseorang yang memang dalam aktivitasnya selalu bersinggungan dengan lawan jenis. Mungkin bagi orang yang hobi berpacaran tidak menjadi sebuah persoalan karena bisa menumpahkan isi hatinya kepada seseorang yang kita taksir, namun bagi orang yang teguh memegang sebuah prinsip bahwa kita tidak diperkenankan untuk berkhalwat dengan lawan jenis sebelum orang itu berubah statusnya menjadi halal melalui pintu yang disebut menikah, maka akan menjadi pergolakan batin. Satu sisi menaruh hati pada seseorang namun disisi lain ada batasan dan peringatan Allah SWT dalam firmannya “ Janganlah kalian mendekati zina “ atau firman yang lainnya “tundukanlah pandangan dan peliharalah kemaluan kita serta berserah dirilah kepada Allah SWT, sesungguhnya Dia maha mengetahui dan maha pengampun.

Gejolak jiwa bagi seseorang yang masih sendiri akan semakin bergemuruh manakala teman sejawat atau teman sepermainan atau mungkin adik kita yang sudah mendahului kita. Beragam memang alasan seseorang kenapa dalam usia yang sudah dianggap cukup namun belum “berani” menikah, ada yang beralasan soal rezeki ada juga yang beralasan soal belum siapnya mental. Walaupun memang kedewasaan itu sendiri tidak dapat diukur hanya dengan bertambahnya usia, seperti kalimat dalam sebuah iklan “tua itu pasti,dewasa itu pilihan”.

Berbagai macam pagar betispun dibuat untuk menghindari pelampiasan gejolak jiwa tersebut, baik melalui aktualisasi diri, menambah ilmu dengan seringnya menghadiri seminar ataupun dialog soal pernikahan bahkan sampai seminar tentang membina rumah tangga. Rasulullah sendiri menganjurkan bagi seseorang yang memang sudah siap lahir dan batin wajib untuk menyegarakan pernikahan dan memberikan nasehat apabila belum mampu maka berpuasalah. Banyak kisah memang yang menceritakan tentang perjalanan seseorang sampai kepada jenjang pernikahan,ada yang membuat terharu sampai ada yang juga lucu. Seperti kisah ini mungkin deretan kisah – kisah soal pernikahan dari sekian cerita.

Fikri adalah seorang mahasiswa univeristas Lampung yang mengisahkan kepada saya tentang proses pernikahannya dengan seorang muslimah. Ketika beliau pulang dari Lampung dan ketemu dengan seseorang, lantas ditawari untuk menikah, seketika itu juga dengan spontanitas beliau langsung mengiyakan, ketika itu Fikri belum yakin betul karena memang "tembakan" itu begitu mendadak dan tidak ada niatan untuk meminang seseorang. Lalu dicarikanlah seorang muslimah dan menurut cerita, baru menemukan si muslimah tadi ba’da subuh setelah seharian penuh mondar – mandir mencari – cari. Singkat cerita khitbahpun jadi dan haripun sudah ada kepastian. Ketika waktunya tiba, yaitu bahwa sesuai rencana akad akan dimulai pukul 10.00 bertempat di rumah calon istri, namun Fikri bingung ketika melihat pakaiannya terutama celananya ternyata jeans semua, dan dia berfikir ngga mungkin aku melangsungkan akad dengan mengenakan jeans, seketika itu juga dia langsung pergi ke pusat perbelanjaan di Royal karena jaraknya dekat, anda tahu waktu itu adalah hari pas akadnya sekiar pukul 08.00 dia sudah menunggu di depan Borobudur padahal Borobudur buka sekitar pukul 09.00 WIB. Dengan hati was – was beliau dengan sabar menunggu Borobudur dibuka, sampai ketika petugas baru membuka pintu dia langsung lari masuk ke dalam dan langsung ambil celana serta baju kemeja.

Sementara itu rombongan keluarga Fikri sudah berangkat lebih awal, sampai pukul 11.30 fikripun belum muncul di tengah – tengah keramian akad nikah, baru sekitar pukul 12.00 dia muncul, sontak saja orang – orang pada beristighfar. Mungkin itu hanya sekelumit cerita dari banyak cerita soal pernikahan dan masih banyak kisah – kisah seputar pernikahan. Saya tidak akan menerangkan makna dibalik cerita tersebut, silahkan anda cerna sendiri. Kita kembali lagi kepada focus pembicaraan kita kali ini, yaitu menikah kok bingung

Setidaknya ada beberapa alasan kenapa seseorang menunda masa lajangnya, pertama karena alasan pekerjaan, umumnya ini menjadi senjata pamungkas bagi kaum laki – laki, argumentasinya adalah bahwa seorang laki – laki haruslah memenuhi kewajibannya salah satunya adalah soal penghidupan materi, dan siapa sih perempuan yang mau menikah dengan seorang laki – laki yang belum jelas penghasilannya…? demikian ungkapan dalam setiap gurauan yang sering kita dengar, Kedua, belum siap lahir atau batin, alasan ini umumnya didominasi oleh kaum hawa, karena mungkin bayangan yang ada dibenaknya bahwa menjadi ibu itu tidaklah muda walaupun sebetulnya tahu juga walaupun sulit tapi bukan berarti tidak bisa. Masalah ketiga biasanya pada orang tua, dimana orang tua menginginkan agar anaknya lulus terlebih dahulu atau yang sudah lulus menginginkan agar anaknya bekerja terlebih dahulu.

Pada akhirnya hanya keberanian dan kemauan serta pemahaman yang utuh tentang makna menikah itu sendiri yang mampu melewati rintangan dan mitos tersebut. Namun timbul pertanyaan lagi, lalu bagaimana caranya menumbuhkan ketiga hal tadi. Apabila kita ingin mendapatkan jawaban secara teoritis maka kita bisa dapatkan lewat buku dan saat ini banyak sekali buku – buku yang membahas soal pernikahan mulai dari pernikahan dini karangan Fauzul Adhim sampai buku yang berjudul izinkan aku meminangmu karangan Cahyadi Takariawan, disana akan kita temukan soal niat sampai pada acara resepsi pernikahan. Selain itu pula kita bisa dapatkan melalui seringnya mengikuti acara seminar ataupun artikel – artikel soal pernikahan. Akan tetapi jika jawaban yang kita inginkan lebih kepada praktisi maka bisa kita tanyakan kepada orang yang berkompeten, siapa dia..? mereka adalah orang –orang yang sudah lebih awal berumah tangga.

Berbicara soal pernikahan memang tidak cukup sampai disini, namun setidaknya menambah wahana dan wacana soal pernikahan walaupun saya yakin dengan seyakin – yakinya anda mesti lebih tahu soal tersebut. Insya Allah dilain kesempatan dan waktu kita akan kembali mendiskusikan soal pernikahan lebih dalam lagi.

Tuesday, April 25, 2006

LINTASAN FIKIRAN

Rabu, 26 April 2006

Jangan biarkan lintasan keputusasaan menylinap didalam relung hati kita apalagi sampai bersemayam didalam hati sanubari kita, sebab kalau lintasan tersebut sampai menyelinap bahkan kita biarakan bersemayan maka kita akan dibuat olehnya menjadi manusia yang kerdil. Proses kebiasaan seseorang semua bermula dari lewatnya sebuah lintasan yang masuk kemudian kita endap dalam otak kita lalu menjelma menjadi sebuah ide atau gagasan sampai kepada bentuk gerak fisik, kalau gerakan fisik tersebut kita lakukan terus berulang – ulang maka akan menjadi suatu kebiasaan dan kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter, demikian nasehat dari Ibnu Qoyim Al Jauziah dalam bukunya Taman – taman orang jatuh cinta.

Hidup kita tidak bisa lepas dari adanya lintasan – lintasan tersebut, entah lintasan itu buruk atau baik, dosa atau pahala. Persoalannya adalah bukan dilintasan itu akan tetapi user atau manusia itu sendiri, sampai sejauhmana mampu menstop lintasan buruk dan sejauhmana mengembangkan lintasan yang baik. Setiap manusia diberikan oleh Allah SWT dua potensi yaitu potensi kebaikan dan keburukan, tinggal kita sendiri mau mengembangkan potensi yang mana..?. Namun begitu, kita sebagai ummat yang beragama apatah lagi sebagai aktivis yang sejak awal ingin dan sudah berkomitmen untuk hidup dalam bingkai ridho Illahi sudah seyogyanya untuk bisa mengentikan lintasan buruh dan mengembangkan lintasan yang positif.

Setiap lintasan fikiran berawal dari pantulan apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita fikirkan. Ketiga hal itulah yang memunculkan lintasan dalam benak fikiran kita. Oleh karena hati – hatilah dengan penglihatan, pendengaran dan pemikiran kita. Jika kita selalu mengkonsumsi pandangan kita dengan kemaksiatan dan keburukan, maka otak kitapun akan bekerja untuk kemaksiatan dan keburukan tersebut. Jika kita suka mengkonsumsi pendengaran yang ‘bising” yang menjauhkan kita akan mengingat Allah maka otak kitapun akan bekerja untuk hal itu. Allah selalu mengingatkan kita untuk hati – hati dalam menggunakan penglihatan, pendengaran dan pemikiran kita.

Keruhnya aktivitas kita tidak dapat dilepaskan dari kekeruhan lintasan kita, maka dari itu janganlah lintasan buruk itu kita manja dan kita timang – timang, jika dalam otak kita muncul kelebatan lintasan fikiran yang negatif segeralah beristighfar dan mohon ampunan Allah serta buanglah jauh – jauh lintasan tersebut, tapi jika kita mendapatkan lintasan yang baik, maka janganlah lintasan tersebut berlalu begitu saja, endapkanlah dan olahlah menjadi sebuah ide atau gagasan yang nantinya diaplikasikan dalam bentuk aktivitas fisik, karena lintasan yang mampir di alam fikiran kita pada hakikatnya adalah karunia dari Allah Azza Wajalla. Dan sebagai wujud syukur kita maka harus kita kelola lintasan tersebut agar lebih bermanfaat untuk orang lain.

Teknik bagaimana mengelola lintasan fikiran yang baik adalah coba merenung sejenak lintasan tersebut, lalu coba belajar menulis lintasan fikiran tersebut kedalam catatan atau tulisan, kenapa demikian.? Kita harus ingat akan keterbatasan daya ingat kita, alangkah sayangnya ketika kita mendapatkan lintasan fikiran yang baik lalu hanya kita simpan dalam memoeri otak kita, hampir dipastikan kita akan lupa. Kelupaan tersebut lebih disebabkan karena saking banyaknya file atau dokumen yang tersimpan didalam memori otak kita. Disana ada dokumen keluarga kita, ada persoalan yang menyangkut pekerjaan kita, aktivitas kita atau bahkan persoalan dakwah yang ada di tengah – tengah kita, cukup banyak memang sehingga mencatat sebuah lintasan adalah sebuah keharusan bagi yang menginginkan lintasan fikiran tersebut lebih bermakna dan bermanfaat untuk orang lain.

Ketika kita merenungi dan mencatat lintasan fikiran yang lewat dalam otak kita, langkah selanjutnya adalah mencoba membuat sketsa atau outline lintasan yang sudah kita catat, sampai kemudian kepada persoalan teknis. Pekerjaan ini kelihatan mudah memang, tapi yakinlah bagi sesorang yang belum terbiasa itu akan menjadi sulit untuk dilakukan, sesuatu itu bisa karena terbiasa.Pengelolaan lintasan fikiran yang positif harus sering kita lakukan agar karunia Allah SWt teresebut tidak sia – sia. Coba kita ingat kembali beberapa waktu yang lalu, berapa lintasan fikiran yang baik berlalu begitu saja tanpa arti apa – apa, andaikan saja lintasan itu mampu kita kelola dengan baik Insya Allah akan lebih bermakna untuk orang lain.

Ayo lah mulai saat ini juga kita simpan lintasan fikiran yang baik kedalam sebuah catatan, kita juga harus mengasihani otak kita yang sudah penuh dengan memori persoalan hidup dunia yang begitu njelimet alias rumit. Insya Allah kita akan mampu melakukan itu selama dalam diri kita masih ada kemauan dan berusaha dengan sungguh – sungguh pasti ada jalan keluar.

Thursday, April 20, 2006

INGAT KETERBATASAN

Gedung yang didominasi warna putih dan memiliki bau yang khas itu memang selalu ramai dipenuhi. Namun aku sendiri agak kurang betah kalau harus lama – lama tinggal ditempat itu, tapi malam itu sekitar pukul 21.00 aku ingin mendatangi tempat tersebut satu tujuanku yang utama yaitu muhasabah. Selama ini aku sering bermuhasabah lewat nasehat lisan dan tulisan buku akan tetapi kurang begitu membekas, entah karena memang saking seringnya mendengarkan dan membaca sebuah taujih yang pada akhirnya membuat aku sendiri menjadikan hal itu sebagai rutinitas saja.

Kali ini aku tidak sendiri karena ditemani seseorang yang beliau cukup terbiasa dengan bau khas dan warna gedung tersebut.Walaupun dia agak terkantuk – kantuk tapi karena jiwa penolongnya lebih besar maka beliau coba tahan kantuk tersebut. Aku memang sudah lama hampir 1 tahun tidak mengunjungi tempat itu untuk bermuhasabah, semenjak aku menemani kakek temenku yang sakit kencing manis yang menghantarkan si kakek tersebut meninggal.

Sesampai di halaman rumah sakit aku mulai memasang hati dan batinku untuk memaknai dan coba bertafakur, harapanku adalah mengingatkan aku akan sebuah umur manusia yang ada batasnya. Aku lihat ada renovasi gedung salah satunya adalah apotik, kalau tidak salah dulu ruangannya agak sumpek, tapi aku lihat sekarang cukup longgar.

Aku dan temenku langsung keliling mengitari ruangan tiap ruangan. Mulai dari ruang gawat darurat, ruang ICU, ruang bedah sampai ruang khusus anak dan ibu hamil. Masya Allah, sepontan aku menyebut asma Allah ketika menengok ruang demi ruang, ada yang sedang dikipasin oleh penunggu karena memang ruangannya tidak berAC dan sumpeg. Begitulah ruang perawatan di dunia selalu membagi – baginya berdasarkan materi, dan kalau sudah urusan materi jelas orang miskin akan mendapatkan tempat yang memiliki ciri sumpeg.

Sesampai di ruang ibu hamil aku ngobrol – ngobrol dengan seorang perawat yang kebetulan lagi bertugas dan memang sekampus dengan temenku. Dia ceritakan bahwa tadi siang ada seorang wanita yang diperkosa dan polisi membawanya ke rumah sakit, lantas aku tanyakan “ teh kalau seperti itu siapa yang menanggung atau bertanggung jawab..?’. Teh Hamam menjawab “mungkin rumah sakit, masa iya sih cuma satu orang ngga bisa apalagi dia orang asli penduduk asli sini..Aku langsung manggut – manggut..”oohh”

Karena aku ingin tahu lebih banyak soal kejadian – kejadian di rumah sakit, aku pun terus menanyakan yang membuat aku penasaran. Diantaranya, pernah aku temukan perlakuan seorang perawat yang “galak” dan terkesan pilih – pilih pasien. Kalau dilihat pasien yang berasal dari keluarga yang mampu mereka akan memberikan perawatan yang hangat dan penuh senyum, tapi akan cemberut dan memasang muka miring kalau berhadapan dengan pasien yang miskin, beliau menjawab mas noto harus tahu perawat juga manusia seperti halnya manusia pada umumnya, maksudnya adalah yang namanya manusia ada yang berbuat demikian tapi tidak semua kok, insya Allah ada lah perawat yang betul – betul memperhatikan pasien secara adil. Wah.. wah pantas kalau bang Ismail dalam sebuah tulisannya di Buletin LAZ Harfa mengambil judul “Mestinya Orang miskin ngga boleh sakit”, mungkin salah satu alasannya adalah kasihan kalau orang miskin sakit, sudahlah miskin sakit lagi, masya allah.

Setelah sekitar 3 jam aku keliling ruang di rumah sakit umum Serang kitapun segera beranjak keluar, hampir semua ruang di rumah sakit sudah aku “longok” cuma satu ruang yang belum yaitu ruang mayat. Banyak sekali ibroh yang bisa aku ambil dari rihlah dan muhasabahku di rumah sakit. Disana aku merasa ditegaskan oleh Allah SWT bahwa yang namanya hidup itu pasti bergantian termasuk masa sehat dan masa sakit, oleh karena itu manfaatkan dengan sebaik – baiknya ketika kita dalam kondisi dan diberi nikmat oleh Allah SWT.

Disamping itupula aku mendapatkan pelajaran bahwa selama ini aku sering lupa akan nikmat yang Allah berikan, aku lupa kesehatan mata yang Allah berikan betapa begitu berharganya. Aku juga sering lupa akan nikmat Allah atas umurku yang sampai sekarang masih diberi waktu untuk terus berupaya memperbaiki kualitas ketaqwaan. Ya Allah terima kasih engkau telah mengingatkanku akan segala keterbatasan seorang manusia.

Terbatas segala – galanya, terbatas pandangannya, terbatas usianya, terbatas dan terbatas. Mudah –mudahan Engkau selalu membimbingku kejalan orang – orang yang selalu bersyukur dan berusaha untuk selalu introspeksi akan diri ini sebelum di akhirat nanti. Sekali lagi Terima kasih ya Allah, atas kasih dan sayangMu.

Wednesday, April 19, 2006

Tuesday, April 18, 2006

SIAPA DIRIKU...?

Minggu, 26 Maret 2006

Betul memang kata pepatah “temukan diri kalian niscaya kalian akan menjadi pemenang dalam kehidupan ini”. Filosofi di atas tidak berlebihan memang kalau kita kaitkan dengan kehidupan kita, temen kita, saudara kita ataupun orang disekitar kita, siapapun orang itu. Sederhana memang kalimat di atas tapi sulit untuk kita praktekan dalam keseharian kita, apatah lagi dari kecil kita tidak pernah diajarkan atau setidaknya diberikan informasi tentang bagaimana menemukan siapa diri kita. Kesulitan menemukan jatidiri bukan berarti tidak bisa kita lakukan, mudah sebetulnya kalau diri kita terus dilatih dan sungguh – sungguh tentunya dalam usaha meraih kesana, walaupun butuh waktu yang mungkin bisa jadi bertahun – tahun tergantung sejauh mana kita berlatih dalam upaya menggali diri kita yang sebenarnya. Ketika kita sudah berhasil menemukan siapa diri kita, maka satu kemenangan besar sudah kita raih, dan bersiap – siaplah untuk menjemput kemenangan besar berikutnya, kenapa aku katakan demikian, sebab ketika kita sudah berhasil menemukan siapa diri kita, maka secara otomatis kita akan tahu potensi positif yang harus kita optimalkan sehingga kita akan menjadi manusia yang produktif, selain itupula kita akan tahu potensi negatif yang harus kita pendam dalam – dalam sehingga tidak sampai menyebul ke permukaan bumi yang dampaknya akan merusak sistem kehidupan kita.

Pernah suatu ketika aku tanyakan pertanyaan seperti ini kepada temen diskusiku, ”kamu sudah kenal diri kamu..? hampir setiap orang yang aku tanyakan dengan pertanyaan yang sama mereka jawab, ”justru itu, aku juga bingung sama diriku sendiri..”. Aku jawab, nah kalau kamu sendiri bingung bagaimana dengan orang lain memahami kamu. Sebenarnya temenku itu bukan tidak ada usaha sih.. cuma ya itu tadi, ada kebingungan bagaimana cara menemukan siapa diri kita, apakah harus menyendiri, atau bersemedi atau apa..?. Jujur saja aku sendiri membutuhkan kurang lebih 5 tahun selama ada benak dalam batinku aku ini siapa yah..? sejak saat itu aku terus berusaha dengan upaya beragam, kadang ikut pelatihan, seminar, workshop, tapi yang lebih sering membaca para biografi orang – orang sukses dan belajar dari dunia nyata yang sering aku temukan di kehidupan ini. melelahkan memang proses itu, tapi kelelahan itu segera terobati manakala aku merenung dan lega karena aku telah bertempur dengan kesabaran dan akulah pemenangannya.

Sedikit demi sedikit aku mulai membenahi perjalananku selama ini, dimana keinginanku menjadi serba bisa, namun sekarang aku paham betul bahwa aku bukanlah Superman yang bisa terbang kesana kemari dalam waktu cepat, cukup bermodalkan kain dipungggung lalu dengan menghentakan kaki aku bisa melakukan lawatan kemana – mana. Penemuan diri ini juga masih relatif memiliki titik kerawanan manakala aku berdiskusi dengan seorang yang memiliki keistimewaan lebih dari satu, dan dia katakan bahwa aku ingin serba bisa, dan betul memang adanya beliau serba bisa, tapi segera aku yakinkan difakta bahwa ada ketidakoptimalan beliau ketika harus menyelesaikan suatu persoalan, terkadang karena saking banyaknya problem dan harus diselesaikan dalam waktu bersamaan, wah bisa cape sendiri. ga deh, aku ngga ingin cape seperti dulu lagi yang kadang tidak seimbang dengan keringat yang aku keluarkan. pokoknya ngga deh. cukup sampai disini aku kelelahan dalam menjalani kehidupan yang diakibatkan ketidaktahuan mengenal diriku sendiri.

KETIKA KEHILANGAN YANG DICINTAI

Sabtu, 1 April 2006

Setiap diri kita akan diuji dengan sesuatu yang kita cintai, demikianlah syair yang dilantunkan oleh ustadz muda Jefri Al-Buhori, memang betul adanya demikian. Soo coba kita lihat setiap perjalanan hidup kita, terkadang kita harus merelakan sesuatu yang kita cintai baik itu yang berbentuk materi maupun non materi. Pertanyaannya adalah apakah lantas kita harus bersedih..? menurutku yah harus, kenapa aku katakan harus, sebab ketika kita kehilangan sesuatu yang kita cintai kemudian kita biasa – biasa saja berarti ada ketidakjujuran dalam kecintaan kita kepada sesuatu itu. Menurutku persoalannya adalah bukan sedih atau tidak sedihnya kita akan tetapi bagaimana kita mampu ditengah – tengah kesedihan yang kita alami kita mampu tetap dalam kondisi penuh kepasrahan kepada yang Maha Memiliki, siapa dia..? Dia adalah Allah SWT.

Bagaimana mungkin ketika kita kehilangan sesuatu yang kita cintai kemudian kita tidak bersedih, memang tabiat manusia begitu kok. kita mungkin ingat kesedihan Rasulullah Saw ketika ditinggalkan istri tercintanya Hadijah dan juga ketika beliau ditinggal oleh anak yang dicintainya, beliau menangis dan sedih. Sekali lagi persoalnnya bukan sedih atau tidak sedih akan tetapi lebih kepada sejauhmana kita mampu mengambil ibroh dari peristiwa tersebut, munculnya kesadaran bahwa yang namanya hidup pasti akan mati, memaknai bahwa segala sesuatu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan jadi ketika yang nitip hendak mengambil ya kita harus ridho dan ikhlas untuk mengembalikan barang titipan tersebut. Disinilah nantinya kita bisa melihat diri kita sendiri sampai sejauhmana ketergantungan kita kepada Allah SWt sebagai Dzat yang maha memiliki. Apakah kita akan menjadi manusia yang tangguh dan sabar sehingga kecintaan Allah semakin dalam atau memang kita berubah menjadi manusia yang tidak tahan dan pura – pura tidak tahu bahwa hidup itu akan berakhir..? jawabanya tidak bisa disamaratakan tergantung kita masing – masing.

Kehilangan sampai kepada perpisahan itu adalah sirkulasi kehidupan yang memang bakalan terjadi, terserah kita mau rela atau tidak, kita mau ridho atau tidak yang jelas memang seperti itulah faktanya. Berat memang untuk merelakan sesuatu yang kita cintai lenyap didepan mata kita, akan tetapi mau bagaimana lagi memang sudah demikian aturannya. maka dari itu Allah selalu mengingatkan kita semua bahwa ketika kita sedang merasakan kebahagiaan dan kegembiraan ingatlah Allah, sehingga Allah akan ingat kita manakala kita dalam keadaan sebaliknya. Bisa ngga yah.. kita seperti itu..? jawabannya bisa jadi bisa atau juga tidak bisa, tergantung jenis manusianya.

Kalau manusia yang tidak mampu memaknai hakekat dari kehidupan dipastikan dia akan “meleleh” seperti lilin yang termakan api, tapi bagi orang yang memang sudah siap betul akan kondisi seperti itu, Insya Allah dia akan mampu melewati masa itu dengan penuh keridhoaan dan ketawadhu’an lalu diiringi dengan mengevaluasi diri, apa yang telah kita lakukan sehingga sampai terjadi demikian, apakah memang kita sering lalai ketika diberi nikmat, sering terbersit sombong sehingga tidak pernah memanjatkan do’a kepada yang maha memiliki, sehingga merasa bahwa kitalah yang membuat aturan kehidupan kita dan kita lah yang paling bisa menentukan arah hidup ini, lalu munculah diri merasa sudah tidak perlu membutuhkan pertolongan dari Allah SWT. Wallahu’alam,hanya diri kita dan Allah sajalah yang tahu tentang lintasan hati kita.

Saturday, April 15, 2006

GORESAN TINTA MALAM MINGGU

Lambaian daun pepohanan di sekitar komplek tempat aku tinggal menjadikan aku teringat akan firman Allah SWT. Bahwasanya alam raya yang ada dimuka bumi, mereka senantiasa bedzikir. Pagi itupun matahari sudah tidak malu – malu lagi untuk memperlihatkan sosoknya yang senantiasa memancarkan sinar kekuatan bagi kehidupan manusia. Bunga yang ada di halaman rumahpun terseyum menebarkan pesonanya seolah ingin turut serta dalam kegembiraan tersebut. Hari itu cuaca memang cerah, awanpun hanya berlari – larian kecil menyaksian kegembiraan alam di muka bumi.

Lambaian serta senyuman mereka telah menghibur siapapun yang sedang bersedih karena penatnya persoalan hidup yang dijalani didunia ini. Begitu juga aku yang sedang bersedih, ketika perihal ini bersemayam dalam batinku sering aku memunculkan pertanyaan – pertanyaan “kenapa semua ini bisa terjadi dan mengapa mesti aku yang harus dijadiin peraganya, bukankah masih banyak orang selain aku..?. Tapi pertanyaan itu terjawab oleh Allah Azza Wajalla yang tersirat dalam firmanNya “Janganlah kalian mengatakan bahwa kalian telah beriman, sementara kalian belum kami diuji”

Memang tidak mudah untuk menjadi sosok seorang hamba yang betul – betul memaknai akan arti yang sesungguhnya kenapa manusia diciptakan, betul memang sudah ada di Qur’an bahwa Allah tidak menciptakan Jin dan Manusia selain untuk beribadah kepadaNya, tapi aku yakin masih banyak manusia yang belum mampu memaknai firman tersebut. Aku sendiri tidak tahu, apakah memang seseorang tersebut tidak ingin menjadi hamba Allah yang sesungguhnya, maksudnya adalah seorang yang menyerahkan hidup dan matinya itu hanya kepada Allah SWT, atau memang seseorang tersebut memang belum mendapat hidayah dari Allah SWT.

Kalau aku sering menyaksikan peristiwa kehidupan yang menyangkut kesadaran seorang hamba kepada Tuhan, aku jadi teringat dengan petuah seorang ustad muda yaitu Anis Matta,Lc yang mengatakan terkadang memang butuh musibah besar untuk menyadarkan manusia. Agaknya kalimat itu cukup relefan kalau kita melihat fakta didrama kehidupan ini.

Peristiwa demi peristiwa, musibah demi musibah sudah Allah turunkan tapi tetap saja ada orang yang belum sadar akan makna dibalik musibah tersebut. Lalu apa arti dibalik semua itu terhadap kita..?. Tentu kita ingat sejarah nabi Nuh As. Yang tidak kuasa membawa anaknya untuk bersama – sama dengan ummat yang beriman, juga peristiwa yang terjadi pada nabi Ibrahim as yang juga tidak mampu membawa ayahnya untuk beralih dari agama patung kepada agama tauhid, yaitu Islam. Bahkan sering kita lihat juga di lingkungan kita ada yang orang tuanya kyai atau ustad akan tetapi anaknya justru berbuat yang dapat menurunkan wibawa orang tuanya.

Itulah kekuasaan Allah SWT yang kalau sudah berkehendak tidak ada satu kekuatanpun yang mampu menghalangi. Seandainya, seluruh jin baik dari bangsa jin itu sendiri maupun dari bangsa manusia berkumpul merencanakan bagaimana menggagalkan kehendak Allah SWT, niscaya tidak akan mampu. Peristiwa ini pernah terjadi ketika zaman rasulullah, yaitu ketika orang kafir bermaksud ingin menantang Allah bahwa mereka juga bisa membuat al qur’an yang sama persis, maka ketika itu Allah katakan “silahkan kalian kumpulkan para ahli atau sastrawan seluruh suku dari penjuru dunia untuk membuat al qur’an, niscaya kalian tidak akan pernah mampu, jangankan satu surat ….. satu ayat saja kalian tidak akan pernah bisa.

Proses perjalanan seorang hamba dalam menjalani kehidupan yang tidak pernah tahu persis kepastiannya seperti apa membutuhkan sebuah penghayatan yang mendalam akan arti kehidupan itu sendiri. Tapi anehnya, aku dan mungkin yang lainnya juga, terkadang lupa dan lalai bahwa hidup adalah ibadah dan ada kehidupan akhirat setelah dunia, sehingga seringnya kita hampar tanpa ruh dalam menjalani peran kehidupan yang sudah Allah tentukan.

Atau mungkin kita menjadi sombong, ketika kita berhasil meraih keinginan. Seolah – olah tidak ada campur tangan Tuhan dalam kehidupannya. Kita lalu mengucapkan alhamdulilla ketika kita mendapat nikmat dari Allah SWT, atau kita ingat tapi kita merasa “gengsi” untuk melafazkannya, atau kita ingat dan melafazkannya akan tetapi ucapannya melayang begitu saja seperti layang – layang putus. Kita juga suka mencicil bersyukur ketika mendapatkan nikmat tapi minta kontan ketika menginginkan sesuatu.

Insya Allahpun jarang kita ungkapkan ketika kita berjanji dengan sesame, mengesankan bahwa kitalah yang menentukan hasil padahal kita tahu persis bahwa kepastian hanya milik Allah dan Allahlah yang berhak menentukan semua itu. Atau sering kita ungkapkan namun sekali lagi hambar tidak memiliki ruh, jadi hanya sekedar menutupi rasa malu kita sebagai seorang muslim atau bahasa lain hanya menggugurkan kewajiban.

Kita ingat cerita rasulullah saw, ketika ada ummat menanyakan sesuatu perihal lalu beliau menjanjikan besok tanpa mengucapkan insya allah, sampai ditunggu keesokan harinya beliau tidak mendapatkan wahyu dari Allah, padahal asumsi beliau ketika itu adalah bahwa biasanya kalau setiap ada persoalan dari ummat Allah selalu menurunkan wahyu keesokan harinya. Sampai kemudian sekali ayat turun justru menegur beliau, Allah katakan “janganlah engkau Muhammad mengatakan sesuatu tanpa Insya Allah”. Allahu Akbar, demikianlah kebesaran Allah atas kuasa langit dan bumi. Minggu, 16 April 2006

Foto Bareng dengan Baduy Dalam

kalau yang ni foto waktu tahun baru 2006 di baduy dalam
"yang pegang tongkat pakai baju hitam itu teh Pa Arif (manajer optima tour & travel)

Orang Baduy Dalam


nah kalau yang ini orang baduy dalam, jadi masih orisinil

Friday, April 14, 2006

Dampak Korupsi terhadap Kemisikinan


Bicara korupsi dinegeri ini memang jenuh dan sangat membosankan, kerapkali kali kita sering mendengarkan bahkan mungkin juga menghadiri acara seminar anti korupsi, workshop anti korupsi, dialog tentang korupsi, seolah – olah korupsi hanya dari seminar ke seminar, dari dialog kedialog, dari diskusi ke diskusi, lalu kapan memberantasnya...? demikian ungkapan ketua komisi pemberantasan korupsi (KPK) M.Taufiqurahman dalam sebuah seminar tahun lalu di Serang. Statement itu muncul lebih dikarenakan mungkin beliau sudah ”bosan” bicara soal korupsi karena belum melihat secara utuh keseriusan dari semua elemen bangsa untuk bersama – sama membumikan budaya anti korupsi terutama pihak – pihak yang semestinya bertanggung jawab dan memiliki kewenangan, kalau kita perhatikan pada setiap kepentingan yang menyangkut kebijakan publik mesti selalu diramaikan bahwa didalamnya ada praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), mulai dari penerimaan pegawai negeri sipil (PNS), pemilihan kepala daerah, pemilihan rektor sampai kepada pembagian proyek – proyek pemerintah. Terlepas benar atau tidaknya rumor tersebut, yang jelas ada asap berarti ada sumber apinya mustahil asap ”ujug-ujug”muncul dengan sendirinya. Ketika hembusan isu tersebut muncul kepermukaan berarti ada sesuatu yang ”aneh” disana, mulailah muncul tanda tanya – tanda tanya, ada apa ini..?. Kajian tentang korupsi selama beberapa tahun terakhir ini telah menarik perhatian publik. Makna korupsi sendiri menurut Bank Dunia adalah suatu penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan pribadi. Definisi ini memberikan pemaknaan bahwa korupsi hanya terjadi pada jabatan publik, padahal kita ketahui bersama bahwa korupsi juga terjadi pada sektor swasta.

Semenjak bangsa ini mengalami suatu peristiwa dramatis yaitu reformasi dengan ditandai gulingnya orde baru yang sudah dianggap usang dan telah menjadikan bangsa ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, sejak saat itupula banyak sekali bermunculan organisasi –organisasi yang mengangkat tema tentang korupsi, dalam jurnal wacana disana disebutkan ada beberapa organ lahir yang menganggkat tema korupsi, seperti, Indonesian Corruption Watch, Masyarakat Transparansi Indonesia, Government Watch, Parliament Watch, Judiciary Watch, Police Watch, Military Watch dan lain sebagainya. Kita berharap kehadiran organ – organ tersebut tidak hanya sebatas mengikuti trend dan musiman atau ingin dianggap oleh publik sebagai komunitas yang bersih akan tetapi mereka dapat melakukan sesuatu yang memang dapat memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia . ekspansifnya gerakan anti korupsi kian hari kian melebar, satu sisi kita bahagia karena masih ada sekelompok yang beritikad baik untuk coba mengembalikan bangsa ini kepada zaman dimana masyarakat masih bias percaya bahwa bangsa ini kelak akan menemui setitik air penyejuk dengan hadirnya para anak bangsa yang peduli akan masa depan bangsa ini dan hidup sejahtera. Namun satu sisi juga muncul kehawatiran eksistensi lembaga anti korupsi hanya dagangan para intelektual yang melihat peluang secara finansial disegmen ini cukup menjajikan, karena memang lembaga anti korupsi dengan faoundingnya akan dapat kucuran dana yang cukup, mudah – mudahan ini tidak terjadi.

Dampak Korupsi terhadap Kemisikinan

Sejauhmana dampak korupsi terhadap kesejateraan masyarakat, alangkah baiknya kita coba mengamati potensi yang dimiliki bangsa Indonesia Indonesia, disana kita temukan sebuah keadaan yang tidak logic, potensi bangsa yang begitu melimpah dan ruah ini bagai sebuah daerah yang kering dan lading yang tandus. Kekayaan yang meliputi tanah dan air begitu melimpah akan tetapi tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih di bawah standar, lalu muncul pertanyaan, apakah rakyat Indonesia tidak cukup pintar untuk mengelola sumber daya yang ada…? Asumsi tersebut tidak mutlak benar walaupun mungkin ada benarnya juga, akan tetapi coba kita tengok fakta dilapangan ternyata penyebab yang paling utama adalah pengelola negeri ini lebih banyak orang yang korup ketimbang orang yang secara betul – betul bekerja untuk kemaslahatan bangsa Indonesia. Lalu apa hubungannya antara korupsi dengan kemisikinan, bukankah orang misikin tidak bisa melakukan korupsi karena memang tidak memiliki jabatan yang dia pakai untuk tameng korupsi..? Persoalannya bukan pada keterlibatan kaum misikin dengan para koruptor akan tetapi lebih kepada dampak yang akan diterima oleh kaum miskin akibat tingkah para koruptor tersebut. Menurut Mukhammad Ikhsan data yang ia dapatkan dari Rose – Ackerman tahun 1998 secara khusus menyebutkan ada beberapa dampak buruk yang akan diterima oleh kaum miskin akibat korupsi, diantaranya. Pertama, Membuat mereka (baca:kaum miskin) cenderung menerima pelayanan sosial lebih sedikit. Instansi akan lebih sumringah dan cekatan ketika melayani para pejabat dan konglemerat dengan harapan akan memiliki gengsi sendiri dan imbalam materi tentunya, peristiwa seperti ini masih sering kita temui ditengah – tengah masyarakat. Kedua, Investasi dalam prasarana cenderung mengabaikan proyek – proyek yang menolong kaum miskin, yang sering terjadi biasanya para penguasa akan membangun prasarana yang mercusuar namun minim manfaatnya untuk masyarakat, atau kalau toh ada biasanya momen menjelang kampanye dengan niat mendapatkan simpatik dan dukungan dari masyarakat. Ketiga, orang yang miskin dapat terkena pajak yang regresif, hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki wawasan dan pengetahuan tentang soal pajak sehingga gampang dikelabuhi oleh oknum. Keempat, kaum miskin akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil pertanian karena terhambat dengan tingginya biaya baik yang legal maupun yang tidak legal, sudah menjadi rahasia umum ketika seseorang harus berurusan dengan instansi pemerintah maka dia menyediakan “fulus” ,hal ini dilakukan agar proses dokumentasi tidak menjadi berbelit – belit bahkan ada sebuah pepatah “kalau bias dipersulit kenapa dipermudah”, sebagai contoh dalam studi LPEM tahun 1994 disana ditemukan bahwa walaupun pemerintah sudah menghapus semua biaya untuk memperoleh izin penanaman modal, para investor masih tetap harus membayar “upeti kepada orang tertentu, ini artinya budaya demikian sudah kian mengakar, inilah yang kemudian sebagian orang saking putus asanya mengatakan bahwa korupsi di negeri ini sudah jadi budaya jadi sulit untuk diberantas. Dampak korupsi terhadap kemiskinan sangatlah kentara sekali, beberapa waktu lalu pemerintah menurunkan program kompensasi BBM dengan pemberian tunjangan tunai langsung, kita tidak akan membicarakan jumlah dan teknisnya akan tetapi coba kita lihat berapa jumlah rakyat miskin ketika itu..? sangat banyak sekali bahkan cenderung malah bertambah, cukupkah dana pemerintah untuk memberikan uang tunai tersebut dengan jumlah kaum miskin.? Tidak saudara, terlepas dari banyak yang mengaku bahwa dirinya orang miskin atau bukan, tapi yang harus kita lihat disini adalah berpuluh – puluh tahun mereka bekerja sebagai petani, pedagang biasa akan tetapi kesejahteraan mereka stagnan, lau muncul pertanyaan bukankah itu masalah individu bukan masalah social, suatu persoalan dikatakan masalah individu manakala ini hanya menimpa perindividu, tapi kondisi ini menimpa berjuta – juta rakyat, apakah ini kesalahan mereka..? jelas, ini bukan semata – mata kesalahan mereka, kondisi ini mungkin akan mereka terima dengan ridho manakala semua berjalan dengan alamiah, akan tetapi yang membuat mereka tidak ridho adalah ketika mereka dengan keringat dan peluh bekerja siang dan malam demi menuai kesejahteraan supaya hidupnya lebih layak. Tapi yang terjadi adalah hati mereka perih, jiwa mereka berontak, nafas mereka terengap –engap lalu mereka marah ketika melihat para pejabat dan para birokrat mendadak menjadi kaya raya tanpa perlu melakukan seperti yang mereka lakukan.

Namun karena ketidakmampuan kaum miskin untuk menjangkau keganjilan tersebut, mereka akhirnya pasrah dan tetap bekerja, salahkah mereka ketika mereka berdiam diri melihat ketidakadilan tersebut ? dalam batin mereka sesungguhnya ingin sekali melakukan protes keras terhadap orang – orang yang memakan harta titipan mereka, seandainya bulan bisa ngomongpun mungkin dia akan meredupkan sinarnya sebagai tanda bukti keikutsertaan kesedihan yang dialami kaum miskin. Rasanya yang enak, renyah dan nyaman itulah mungkin gambaran korupsi sehingga orang akan senang korupsi, tapi akan lain ceritanya manakala korupsi itu dibuat tidak enak dan pahit rasanya, pasti banyak orang berfikir ulang ketika akan melakukan korupsi. Inilah seharusnya yang kita lakukan bagaimana membuat korupsi itu tidak enak dan getir rasanya, bagaimana caranya...? secara teoritis sebetulnya sudah sering menjadi bahan kajian dan diskusi para aktivis, akademisi termasuk para birokrat sendiri, akan tetapi masalahnya adalah kembali lagi kapada kesungguhan para pelaku kebijakan publik terutama para pejabat dan wakil rakyat untuk senantiasa setia dengan amanat dan sumpah yang tekah mereka ucapkan, bahwa mereka akan senantiasa untuk tetap berdiri paling depan dengan barisan anti korupsi untuk melakukan perlawanan terhadap korupsi di negeri sampai hayat masih dikandung badan. Wallahu A’lam