Friday, April 14, 2006

ANDAI KAMMI BISA NGOMONG

Sedikit banyak orang tahu tentang cerita ini, tapi tetap akan aku ceritakan setidaknya cerita ini sedikit memberikan nafas gerakan akan sebuah perjalanan dari sosok para aktivis KAMMI lebih khusus daerah Banten, dimana organ yang berlogo tangan kekar ini aku belajar akan arti sebuah kehidupan seorang muslim yang sesungguhnya. Harapanya adalah cerita ini bukan hanya sebagai cerita untuk meramaikan moment yang ditetapkan oleh para petinggi KAMDA Banten, bahwasanya bulan April 2006 adalah bulan menulis. Jujur saja, Ketika aku melihat dan membaca anjuran tersebut, fikirku adalah bahwa akan ada sebuah pencerahan perubahan gerakan dan metode aktivis “tangan kekar” ini. Dalam benakku suatu saat kalau budaya ini mampu dipertahankan dengan konsisten, maka setidaknya keahlian para penghuni organisasi ini bertambah satu point yaitu menulis selain pandai berbicara. Aku cukup apresiasif dengan progam ini, sebab aku sadari betul bahwa umur manusia itu terbatas, dengan keterbatasan itulah kita coba meninggalkan sesuatu yang bisa dinikmati olah generasi penerus, dan puing – puing peninggalan itu adalah tulisan karena memang mayoritas aktivis tidak memiliki harta warisan yang bisa kita sumbangkan ke KAMMI selain warisan ide dan gagasan. Walaupun memang saat ini kita belum mampu untuk menjadikan tulisan kita menjadi sebuah buku yang mampu menggerakan para pembacanya, tapi mudah – mudahan dilain waktu itu bisa terwujud, amin ya Allah. Loh.. kok jadi ngomong ngalor ngidul.. kapan ceritanya nih…he…he.. afwan juragan …!

Ok deh, aku coba sedikit cerita kenanganku bersama KAMMI, aku tidak tahu cerita ini menggelikan, menyedihkan, menggembirakan atau mengharukan, wallahu alam, aku sendiri tidak bisa menafsirkan cerita yang bakal aku ceritakan ini, tapi yang jelas selama 5 tahun bersama KAMMI aku punya kenangan sendiri dan banyak sebetulnya cuma mungkin satu – satu kali ye….
Sejak pandangan pertamaku dengan KAMMI aku dibuatnya bersimpuh dan jadi tak jemu memandangnya, ketika batin ini membutuhkan menu ruhiyah dengan lalaban dzikir dan do’a, maka aku pandangi kenanganku bersamanya ketika bersama – sama makan dalam satu nampan, seakan – akan kita adalah saudara kandung yang dilahirkan oleh satu rahim ibu . “ Ya Allah hati ini telah berhimpun dengan mahabbah kepadaMu, maka eratkanklah tali persaudaraan kami, janganlah Engkau hamburkan hati ini menjadi kepingan - kepingan jiwa yang rapuh sehingga membuat musuh kami tidak gentar dan kamipun tidak memiliki izzah, lalu dengan keadaan seperti itu kitapun akan binasa, janganlah Engkau jadikan kenangan ghonimah perang Badar terulang kembali”. Nampan merah jambu menjadi saksi akan ketulusan persaudaraan diantara kami, walaupun kami tidak tahu sampai kapan kita akan selalu makan dalam satu nampan, mungkin semua akan berakhir ketika diantara kami sudah memiliki tautan hati yang lain.

Aku tahu, nampan merah jambu itu masih ada dan akan selalu menyertai KAMMI sampai KAMMI ditelan bumi untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya dihadapan Allah aza wajalla, disanalah kita akan melihat kesungguhan dan keikhlasan kita dalam berjuang bersama KAMMI, tapi aku tidak tahu apakah nampan merah jambu itu masih sering diikutisertakan dan dihadirkan ditengah – tengah lingkaran ketika para jundullah ini hendak menunaikan kewajibannya untuk memenuhi kantong nasi supaya lebih energik dalam bergerak, wallahu’alam.

Dipenghujung kepengurusan tahun 2005 adalah masaku di KAMMI yang cukup menjadikan aku ngerti betul siapa itu KAMMI, ketika jundi yang setia denganmu menyatakan kesetiaanya setelah setianya mereka dengan Allah dan Rasulnya serta orang – orang beriman, ketika itu engkau nampak ceria dan penuh tawa, senyumanmu pun membuat orang yang melihat heran dan salut, kok bisa yah.. dalam kondisi ruang sekretariat yang gelap gulita bisa menebarkan senyuman. Yah..gelap memang, karena pihak PLN mensegel kilometer setelah 3 bulan belum memenuhi kewajibannya sebagai warga Negara yang baik, kalau saja bulan bisa ngomong ketika itu, pasti dia akan katakan kepada petugas PLN “ pa tolong jangan disegel listrik di rumah itu, mereka bukan tidak mau menjadi warga Negara yang baik, jusru mereka inilah yang harusnya diindungi oleh Negara karena perjuangannya yang tak kenal lelah untuk membawa negeri ini kearah perubahan yang lebih baik, mereka rela hujan-hujan di jalan dengan membawa kardus untuk meminta uluran tangan para pengguna jalan guna membantu saudara – saudara setanah air yang terkena bencana banjir, tanah longsor, mereka juga para pemuda dan pemudi yang taat agama, yang selalu membawa sinar kejujuran dan cahaya dalam batinnya, mereka juga yang dengan suara lantang berani menegur pemimpin yang zhalim di negeri ini, tolong pa, demi aku rembulan yang datang setiap malam”. Tapi sayang Allah belum menakdirkan bulan bisa ngomong dan baru Dia izinkan menjadi sebuah lirik lagu yang dinyanyikan oleh Doel Sumbang dan Nini Karlina. Seiring dengan waktu, dan akupun tahu bahwa Allah akan mempergilirkan setiap waktu, begitu juga untuk KAMMI.

Dunia ini silih berganti ada siang ada malam, ada perempuan ada laki – laki, atau tinggi ada pendek dan ada hidup ada mati. Demikian juga yang menimpamu. Wajah yang berseri – seri dan berbinar – binar berganti sedih dan murung karena engkau tak sehebat dulu, bukan karena keinginanmu tentunya, seandainya engkau bisa bicara mungkin akan engkau katakan “kenapa kalian bersikap demikian padaku, bukankah engkau pernah berjanji bahwa kalian akan setia denganku..?, bahkan kalian pernah katakan dalam ikrarmu ketika sudah resmi untuk seiya dan sekata…? sambil berjabat tangan denganku, engkau katakana dengan tanpa paksaan dan penuh kesungguhan, bahwa kalau ada 1000 orang yang berjuang dijalanMU maka salah satunya adalah aku, dan kalaupun hanya satu orang yang berjuang demi Islam denganmu maka pastikanlah bahwa itu adalah aku.” Lupakah kalian, ketika kalian melalui perantaraku kalian memperoleh hidayah dari Allah yang pada akhirnya kalian menjadi orang yang berharga dalam dunia ini..? atau kalian juga lupa, dimana kalian pernah katakan bahwa KAMMI tidak memiliki apa – apa selain ukhuwah. Aku tidak menghalangi kalian untuk meninggalkan aku, selama kalian berpegang teguh dengan dakwah dan jamaah, karena aku juga menyadari bahwa kalian lebih dibutuhkan oleh yang lain ketimbang aku, sayang engkau tak bisa bicara, tapi nurani dan cahayamu mampu menembus hati para aktivisnya.

KAMMI ………! engkau telah menghantarkan aku kedalam kumpulan orang – orang yang Insya Allah sholeh dan sholehah, engkau juga telah melatihku untuk senantiasa bergetar ketika mendengarkan asma Allah ketika dilantunkan. Kebersamaanmu denganku selama 5 tahun banyak memberikan pelajaran arti sebuah kehidupan. Engkau pula yang melatih bibir ini untuk senantiasa dibasahi dengand dzikir dan engkau juga yang selalu mengingatkan diri ini agar jangan melupakan Allah dalam keadaan suka dan duka. Mudah –mudahan engkau tetap berdiri bah karang yang tetap berdiri walaupun hantaman gelombang terus memaksamu untuk meninggalkan agar jati dirimu sebagai sebuah organisasi dakwah dan pergerakannya melemah, tapi engkau tetap teguh memegang prinsip bahwa tidak ada jalan lain yang akan menyelematkan diri kita semua selain jalan dakwah, janganlah engkau ikuti bisikan setan dan iblis karena kesombongannya dia dikeluarkan dari kenikmatan syurga, karena sesungguhnya iblis adalah musuhmu yang nyata, maka perlakukanlah dia sebagaimana engkau memperlakukan seorang musuh, jangalah engkau tenggelam mengikuti tenggelamnya matahari ketika sore telah tiba dan akan muncul kembali keesokan harinya, jadilah engkau seperti air yang mengalir yang akan mencari celah sekecil apapun celah itu, pancarkanlah sinarmu selalu seperti sinarnya rembulan yang membuat setiap mata memandang tidak mau mengedipkan matanya karena keindahan dan kelembutan sinarmu, dengan sinarmu pula menjadikan setiap orang penasaran dan ingin mendekat kepadamu, jangan kenal kata henti sampai tidak ada satu orangpun yang melihat engkau tenggelam.click in here www.kammi.or.id