Saturday, May 06, 2006

HIDUP ADALAH PILIHAN

Setiap detik setiap menit setiap jam setiap hari setiap minggu setiap bulan setiap tahun kita semua selalu dihadapkan pada pilihan –pilihan. Entah pilihan itu buruk ataupun baik. Aku tidak akan membicarakan soal pilihan itu buruk atau baik akan tetapi lebih kepada bagaimana kita membuat sebuah keputusan yang tepat di tengah – tengah pilihan yang kita hadapi. Ada sebuah kisah, mohon maaf karena aku lebih banyak diskusi dan mendapatkan kisa – kisah pernikahan, jadi kisah yang akan aku ceritakanpun tidak lepas dari perihal tersebut (maklum aku sendiri belum nikah, itung – itung belajar… he.he…).

Ais (mohon maaf lagi kalau ada yang namanya sama, padahal aku asa loh..) adalah seorang gadis yang menurut ukuran orang pada umumnya tergolong mahluk langka. Beberapa kelebihan yang dimilikinya tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Orang tuanya seorang pengusaha yang cukup kaya dan disegani oleh masyarakat karena kedermawanannya, akhlaknya dan gemar membantu orang yang sedang kesusahan, selain factor orang tuannya Ais sendiri memiliki kepribadian yang lembut dan supel serta pandai bergaul. Walaupun ia sendiri mengenakan jilbab gede atau istilah lainnya Jilbaber akan tetapi tidak lantas membuat dia jadi orang yang susah bergaul (tentunya masih dibatasi sar’I donk…..).

Pendidikan yang sampai dia meraih gelar Sarjana Ekonomi juga tidak membuat dia sukar berbicara dengan si mbok yang jualan jamu atau jadi enggan ngobrol dengan penjual sayur yang tiap hari lewat di depan rumahnya. Singat cerita, setelah sudah 3 bulan berhenti dari aktivitas kampusnya karena memang sudah selesai kuliah dengan nilai yang baik walaupun tidak mendapatkan cumaude orang tuanya mengajak ngobrol serius soal pernikahan. Sebetulnya periha itu sudah ditangkap oleh Ais sendiri dan awalnya dia menganggap biasa – biasa saja karena memang itu sesuai planning Ais sendiri (malkum selama di kampusnya dia mengikuti pelatihan manajemen diri sampai 4 kali) bahwa begitu selesai lulus S1 langkah selanjutnya adalah menikah baru melanjutkan ke S2.

Namun persoalannya jadi tidak sederhana, ketika sang ayah menyodorkan langsung 2 pria dan kedua – duanya Ais tahu, yang satu adalah temen kampus Cuma beda fakultas yang satunya lagi adalah tetangganya di sendiri yang baru menyelesaikan S1 dari Unila Lampung. Dengan langkah bimbang dan sedikit cemas Ais berkata kepada Ayahnya “ Bah, kalau Ais punya calon sendiri gimana…? Untung saja sang ayah adalah sosok ayah yang bijaksana, lau dipersilahknnya Ais untuk menyampaikan calon yang dimaksud. Kemudian Ais meminta 3 hari untuk memberi tahukan kepada ayahnya.

Sekelumit cerita di atas adalah salah satu kasus yang mungkin bias jadi terjadi pada diri kita, atau setidaknya mirip. Tapi sebetulnya secara subsatansial adalah sama yaitu “memilih”. Kata memilih memang cukup singkat namun kadang kita dibuat olehnya kedodoran dalam bertindak bahkan karena saking seringnya kita “dimainin” oleh “memilih” kita sering cidera dan celaka. Sebetulnya Islam sendiri sudah memberikan solusi yaitu dengan diperintahkannya shalat istikharoh.

Jadi pada akhirnya kita tetap harus memilih sebuah pilihan walaupun terkadang itu pahit dan tidak mengenakan, lalu juga kita harus menyadari dengan sepenuh hati dan ketulusan akan keterbatasan kita sebagai seorang manusia, maka dari itu kita harus istikharoh, memohon kepada Allah SWT agar dipilihkan jalan yang tepat yang akan menyelamatkan kita dari bencana dunia dan akhira. Wallahu’alam

No comments: